Powered By Blogger

Senin, 20 Desember 2010

makalah filsafat ilmu tentang metafisika

Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah
Cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia adalah Metafisika Dimana di dalamnya menjelaskan studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Apakah sumber dari suatu realitas ? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah mitologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelaspemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemingkinan.
Penggunaan istilah “metafisika” telah berkembang untuk merujuk pada “hal-hal yang diluar dunia fisik”. “ Beberapa tafsiran metafisika, diantaranya menurut M.J. Langeveld (tt; 132) dengan mengutif dari apa yang dikatakan oleh Nicolai Hartman mengartikan bahwa metafisika adalah tempat khusus yang diperuntukan bagi objek-objek transenden,daerah spekulatif bagi tanggapan-tanggapan tentang Tuhan, kebebasan dan jiwa, juga sebagai pangkalan bagi system-sistem spekulatif, teori-teori dan tanggapan dunia terhadap sesuatu yang eksistensinya di luar dimensi yang fisik - empirik.
Manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supranatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme. Selain faham diatas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. Paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme.paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan diketahui. Orang orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu. Dari paham naturalism ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu yang menggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460 – 370 SM). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masih saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata berbeda halnya dengan telah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran tang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni faham monoistik dan dualistic. Sudah merupakan aksioma bahwa proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat. Keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai substansi yang sama. Perndapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistic. Dalam metafisika, penafsiran dualistic membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara subtsansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh fikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah fikiran, sebab dengan berfikirlah maka sesuatu itu lantas ada.

B. Pembatasan Maslah
Agar lebih fokos dan lebih efesien dalam pembahasan ini maka kami membatasi permasalahan ini menjadi bebrapa sub pokok pembahaan yang meliputi: Pengertian Metafisika,Definisi Metafisika,Klasifikasi Metafisika (C. Wolff),Filsuf Pembela Metafisika,Manfaat Metafisika bagi Pengembangan Ilmu,Metafisika Epistemologi




C. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba mengidentifikasikan beberapa pertanyaan yang akan dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Diantaranya yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Metafisika?
2. apa manfaat metafisika bagi pembangunan ilmu ?
3. Apa yang dimaksud dengan metafisika epistimologi?
D. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu sosial dasar, tapi juga bertujuan diantaranya untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian metafisika
2. Untuk mengetahui manfaat metafisika bagi pembangunan ilmu
3. Untuk mengetahui metafisika epistimologi







E. Metodologi Penulisan
dalam pembahasan filsafat ilmu ini kami menggunakan metode analisis deskriftif dari sumber-sumber yang kami peroleh
F. Sistematika Penulisan
makalah ini di buat 3 bab yang masing-msing bab di lengkapi sub-sub bab dengan sistemaitka sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
perusmusan masalahan, pembatasan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : pembahsan yang menguraikan tentang Pengertian
Metafisika,Definisi Metafisika,Klasifikasi Metafisika
(C. Wolff),Filsuf Pembela Metafisika,Manfaat Metafisika
bagi Pengembangan Ilmu,Metafisika Epistemologi
Bab III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-
saran







Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Metafisika
Metafisika berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri atas dua kata yaitu meta dan pysika. Meta artinya sesudah atau dibalik sesuatu dan pyisika artinya nyata, kongkrit yang dapat diukur oleh jangkauan panca indera. Eksistentsinya dibalik sesudah fisik ( meta fisik ) perlu dikaji. Istilah metafisika diketemukan Andronicus pada tahun 70 SM ketika menghimpun karya-karya Aristoteles, dan menemukan suatu bidang diluar bidang fisika atau disiplin ilmu lain.
Ilmu untuk mengkaji tentang sesuatu dibalik yang fisik atau sesuatu sesudah yang fisik disebut ontology.
metafisika adalah suatu kajian tentang haakikat keberadaan zat, hakikat pikiranm dan hakikat zat dengan pemikiran .
ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, terasuk keberadaan, kebendaan,sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
metafisika oleh aristoteles disebut sebagai filsafat pertama atau thelogia, dalam pandangan aristoteles, metafisika belum begitu jelas dibedakan dengan fisika.secara etimologis metafisika berasal dari bahasa yunani, meta ta fisika yang menurut Lois O, Katsiff adalah hal-hal yang terdapat sesudah fisika, aristoteles mendefinisikannya sebagai ilmu pengtahuan mengenai yang ada sebagai yang ada. yang dilawankan misalnya dengan yang ada sebagai yang digerakan atau yang ada sebagai yang jumlahkan. pada masa sekarang, metafisika dipahami sebagai bagian dari filsafat yang mempelajrari dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan terdalam tentang hakikat segala sesuatu. pertanyaan-pertanyaan filosofis tersebut membahas dan tertuju pada beberapa konsep metafisik, dengan kata lain yang lebih tepat agaknya adalah-konsep di luar hal-hal yang bersifat fisik .
jadi dapat disimpulkan bahwa metafisika adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita.
B. Klasifikasi Metafisika (C. Wolff)
menurut Christian Wolf metafisika terbagi menjadi dua jenis, pertama Metaphysica Generalis (Ontologi); ilmu yang membahas mengenai yang ada atau pengada atau yang lebih dikenal sebagai ontology, kedua Metapysica Specialis yang terbaii atas :
1. Antropologi; menelaah tentang hakikat manusia, terutama hubungan jiwa dan raga.
2. Kosmologi; menelaah tentang asal-usul dan hakikat alam semesta.
3. Theologi; kajian tentang Tuhan secara rasional.
a) Hakikat Kodrat Manusia
b) Susunan Kodrat
c) Sifat Kodrat
d) Kedudukan Kodrat
e) Kosmologi Filsafati
 Filasafat alam berusaha mencari asal alam semesta Thales berpendapat sebagai arche.
 Filsafat alam menyelidiki gerak di alam semesta yang merupakan perubahan (change).
sementara itu driyakara menyamakan metafisika dengan ontology, ia menyatakan bahwa filsafat tentang ada adan sebab-sebab pertama adalah metafisika atau ontology, yang di samping membahas tentang ada dan sebab-sebab pertama tersebut, juga membahas mengenai apakah kesempurnaan itu, apakah tujuan itu intinya adalah apakah kahikat dari segala sesuatu itu
C. Beberapa Tafsiran Metafisika
beberapa tafsiran metafisika dlam menafsirkan hal ini,manusia mempunyai beberapa pendapaat mengenai tafsiran metafisika, tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supranatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata, pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. dari sini lahir tafsiran-tafsiran fabang misalnya animisme
tidak diragukan, para pembesar agama-agama dalam hal ini para nabi alaihi salam dengan perbedaan tingkatan yagn mereka miliki, memplunyai hubungan dengan alam metafisika, (alam gaib) dan memiliki informasi dan pengetahuan tentang perkara-perkara batin, namun masalahnya adalah apakah maqam dan kedudukan ruhani ini hanya terkhusu bagi mereka? dengan kata lain, apakah informasi dan pengetahuan terhadap perkara-perkara batin dan rahasia-rahasia gaib terbatas hanya bagi para nabi semata, dan orang-orang lain yang berada di alam materi ini tidak mampu mendapatkan jalan tersebut kecuali setelah mereka mati, ataukah maqam tersebut merupakan iktisabi dan orang-orang lain juga berpeluang meraihnya? tentunya jawaban kita dalam hal ini adalah bahwa orang-orang lain juga mampu mendapatkan jalan kepada rahasia-rahasia alam
salah satu argumennya adalah bubungan alam materi (fisika) dengan alam metafisika, hubungan sebab dan akibat serta semppurna dan kurang. dan kita menamakan hubungan ini dengan hubungan zhahir dan batin.
Dengan kata lain alam materi ini adalah akibat dari alam mitsal yakni jika kita ingin dalam bentuk suatu tangga naik ke atas maka kita dari alam materi akan naik kealam mitsal. Dan alam mitsal ini, sekarang juga bersama kita, ia berwujud secara actual. Oleh karena itu, hubungan alam zhahir dengan alam batin adalah hubungan akibat degnan sebab. seperti konsepsi yang ada di akal manusia dengan tulisannya. manusia, ketika sedang menulis secara beruntun dia mengkonsepsi dan menuliskannya, dan jika sedetik dia berhenti mengkonsepsi sesuatu maka dia juga akan berhenti menuliskan sesuatu.
selain paham diatas, ada juga paham yang disebut paham naturalism, paham ini amat bertentangan dengan paham supernatulaisme, paham naturalism mengannggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri,yang dapat dipelajari dan dapat diketahui, orang-orang yang menganut paham naturalism ini beranggapan seperti karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu dari paham naturalism ini juga menucul paham materialism yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. salah satunya pencetusnya dalah Democritus (460-370 S.M) . Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup,timbul dua tafsiran yang masing-masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik, kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia fisika semata. sedangkan bagi kaum vitalistik hduup adalah sesuatu yang unik yang berada secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia fisika semata.
berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada duatafsiran yang juda saling berbeda satu sama lain, yakni paham monoistik dan dualistik, sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang di telaahnya, dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat keduanya hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlalinan namun mempunuai subtansi yang sama. pendapat ini ditolak yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama, pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik. dalam metafisika enafsiran dualistic memedakan antara zat dan kesadaran pikiran yang bagi mereka berbeda secara subtansif. aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka suatu itu lantas ada.
D. Dalil Pembuktian Tuhan
Ontologis (anselmus) berpendapat bahwa segala sesuatu di dunia tidakada yang sempurna melainkan hanya memperlihatkan tingkatan-tingkatannya (gradasi). Oleh karena itu, tentu ada satu yang paling sempurna untuk mengatasi semua ketidak sempurnaan itu yakni the perfect being. begitu pula dengan pendapat decrates bahwa Dalam membuktikan keberadaan Tuhan, Descartes menggunakan tiga argument dasar yaitu: "Cogito" telah memberikan kesadaran pada diriku sendiri atas keterbatasan diri dan ketidaksempurnaan keberadaan. Ini membuktikan bahwa aku tidak memberikan eksistensi pada diriku sendiri, dalam permasalahan tersebut, aku telah menyerahkan diriku pada sifat yang sempurna yang tidak kumiliki, dimana menjadi subyek yang diragukan. "Aku memiliki Ide kesempurnaan : jika aku tidak memilikinya, aku tidak akan pernah tahu bahwa aku tidak sempurna. Sekarang darimanakan datangnya ide kesempurnaan tersebut ? tidak dari diriku sendiri, karena aku tidak sempurna dan kesempurnaan tidak datang dari yang tidak sempurna.
Jadi datangnya dari Sesuatu yang Sempurna, yaitu Tuhan. "Analisis daqri ide kesempurnaan melibatkan eksistensi dari Keberadaan yang Sempurna, bagai sebuah lembah yang termasuk dalam ide sebuah gunung,maka eksistensi juga termasuk dalam ide kesempurnaan tersebut.Hal ini merupakan pembeda antara filsafat sebelum Descartes atau filsafat klasik dan filsafat modern. Dari Descartes filsafat dituntut dari 'ilmu keberadaan' (science of being) menuju 'ilmu pemikiran' (science of thought/epistimologi).
E. Menurut Kosmologis Aristoteles
Bahwa alam semesta ditentukan oleh gerak (Motion). Gerak merupakan penyebab terjadinya perubahan yaitu change dialam semesta. Akhirnya akal manusia tiba pada suatu titik ultimate yaitu sumber penyebaran dari semua gerak.
F. Dalil Teleologis (William Paley)
Benda-benda di ruang alam semesta itu memiliki gerak yang bertujuan (Teleos), sehingga alam semesta ini merupakan karya seni terbesar yang membuktikan adanya A Greater Intelligent Designer pendapat William paley ini apa bila kita kaitkan dengan surat yasin ayat ke 37-38 yaitu yang berbunyi
     •              
37. dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.
38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
sangatlah jelas tergambar bahwa semua ruang alam semesta ini memiliki garis edar yang bertujuan untuk menyeimbangkan kehidupan yang saling ketergantungan satu sama lain.
G. Dalil Etis menurut I.Kant
Pada setiap diri manusia terdapat dua kecenderungan yang bersifat niscaya yaitu keinginan untuk hidup bahagia dan berbuat baik. Kedua cenderung akan dapat terwujud dalam kehidupan manusia apabila dijamin oleh 3 Postulat, yaitu kebebasan kehendak (free will) keabadian jiwa (Immortality), dan tuhan (god) sebagai penjamin hukum moral (Law giver).



H. filosof yang menentang metafisika
David Hume :
• Metafisika itu cara berfikir yang menyesatkan (sophistry) dan khayalan (Illusion). Sebaiknya karya metafisika itu dimusnahkan,karena tidak mengandung isi apa-apa.
• Metafisika bukanlah sesuatu yang dapat dipersepsi oleh indera manusia, sehingga merupakan sesuatu yang senseless.
Alfred Jules Ayer
• Metafisika adalah parasit dalam kehidupan ilmiah yang dapat menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan, OKI metafisika harus dieliminasi dari dunia ilmiah.
• Problem yang diajukan dalam bidang metafisika adalah problem semu (Pseudo-Problems), artinya permasalahan yang tidak memungkinkan untuk dijawab.
Ludwig Wittgenstain
 Metafisika itu bersifat the mystically, hal-hal yang tak dapat diungkapkan (Innexpressible) ke dalam bahasa yang bersifat logis.
 Ada tiga persoalan metafisika, yaitu : (1) Subject does not belong to the world; reather it is a limit of the world. (2) That is not an event in life, we do not live to experience that. (3) God does not reveal him self in the world.
 Kesimpulan : “ sesuatu yang tak dapat diungkapkan secara logis sebaiknya di diamkan saja”.(What we cannot speak about we must fast over in silence!).
I. Filsuf Pembela Metafisika
Plotinos :
Semua pengada beremanasi dari to Hen (yang satu) melalui proses spontan dan mutlak. To Hen beremanasi pada Nous (Kesadaran), melimpah Psykhe (jiwa), akhirnya melimpah pada materi sebagai bentuk yang paling rendah, yaitu meion.
Karl Jaspers
 Metafisika merupakan upaya memahami Chiffer ; symbol yang mengantarai eksistensi dan transendensi.
 Manusia adalah Chiffer paling unggul, karena banyak dimensi kenyataan bertemu dalam diri manusia.
 Manusia merupakan suatu mikrokosmos, pusal kenyataan; alam, sejarah, kesadaran, dan kebebasan ada dalam diri manusia.
 Metafisika : berarti membaca Chiffer, transendensi keilahian, sebagai kehadiran tersembunyi.
 Chiffer adalah jejak, cermin, gema atau bayangan transendensi.
J. Objek Metafisika
objek metafisika menurut aristoteles ada dua yakni:
ada sebagai yang ada
artinya ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalalm bentuk semurni-murninya,bahwa suat benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diseranya oleh panca indra.
ada sebagai yang illahi:
keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni Tuhan (illahi berarti yang tidak dapat ditangkap oeh panca indra)
bahasan yang terdapat dalam metafisika secara umum antara lain meliputi:
1. yang ada (being)
2. keyataan (reality)
3. eksistensi (existence)
4. esensi (essence)
5. subtansi (substance)
6. materi (matter)
7. bentuk (form)
8. perubahan (change)
9. sebab akibat (causality)
10. hubangan (relation)
salah satu contoh penalran metafisika tentang ada adalah yang pernah dilakukan oleh plotinos sebagai seorang neo-platinois yang diperkitakan lahir di mesir pada tahun 204 atau 205 S.M dan hamper semua pengetahuan para filosof para filusuf tentang kehidupan dan pemikiran platinos di dapatkan dari buku vita plotini yang ditulis oelh porphyries, salah seorang murid (232-305 SM)
Menurut plotinos, suatu ada yang sempurna itu tentu mewahyukan atau menyatakan dirinya sendiri dengan melahirkan ada yang mirip kepadanya. dalam pandangan ini seluruh komos atau semesta alam harus dipandang sebagai rantai, dimana bagian yang atas (lebih sempurna) melahirkan bagian bahwanya yang kalah sempurna. yang berada paling atas adalah hyang eka, yang satu dan satu-satunya yang oleh plotinos juga disebut kabaikan yang mutlak dankebaikan yang memberi kebaikan kepada yang lain sebagai bagian. hyang eka itu kemudian dipahami dan kepada yang lain sebagai bagian, hyang eka itu kemudian dipahami dan diyakini sendiri atas apapun juga. dalam penalaran plotinos mengenai ada (being) tersebut dapat dilihat bersentuhan juga dengan bahasan teologi, yang membahas tuhan secara rasional (spekulatif).
Misal lainnyua adalah perbincangan mengenai kenyataan (reality). ketika pertanyaan mengenai hakikat terdalam dari kenyataan diajukan, maka muncul berbagai jawaban atasnya . Louis menyatakan terdapat beberapa aliran, antara lain adalah :
pertama realisme ia menyatakan bahwa terdapat hal-hal yang tidak bergantung pada pengetahuan dan bahwa hakikat hal-hal tersebut berbeda dari akal yang mengetahuinya, dengan kata lain alam di luar ide atau pengetahuan akal adalah hakikat kenyataan (reality). realisem berkebalikan denan idealism kattsof menyatakan terdapat hal-hal yang bereksistensi ecara instrinsik berhubungan dengan perbuatan mengetahui, dan dalam babak terakhir sama hakikatnya dengan roh. jadi misalnya, apakah sebuah meja yang ada di dalam kelas itu jelek atau tidak tergantung dar ide, presepsi, pengetahuan, akal kita dalam mengetahui meja tersebut , ini adalah pandangan idealism yang sebetulnya lebih tapat disebut idealism, namun terasa janggal. sementara realisme menyatakan, jelek atau tidaknya meja di dalam kelas itu tidak tergantung pada pengetahuan kita atasnya, namun tergantung pada kenyataan atau realitas dirinya sendiri.
kedua, naturalism,William R. Dennes menyatakan hakikat kenyataan adalah bersifat kealaman, katagori pokok untuk memberikan keteranfgan mengenai kenyataan adalah kejadian, kejadian-kejadian dalam ruang dan waktu merupakan satuan-satuan penyusun kenyataan yang ada, dan senantiasa dapat dialami oleh manusia biasa, secara umum, naturallisme menyatakan ala mini adalah hakikat terdalam dari kenyataan, di titik singgung inilah naturalism yang menegaskan dunia ini (alam kodrati) supernaturalisme menganggap bahwa dunaia lain lebih tinggi danberuas dibandingkan dunia ini.
animisme adalah salah satu contoh dari pemikiran supernaturalisme yang paling tua, sementara itu dari rahim pandangan naturalism lahirlah materialism yang menganggap bahwa roh berasal dari materi, kaum materialiseme menyakan bahwa gejala-gejala alam disebaban oleh kekuatan yang terdapat Dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui. democritos (460-370 SM) adalah salah satu tokoh awal materialism. ia mengembangkan paham materialism dan mengemukakan bahwa unsure dasar dari alam adalah atom. democritos dengan demikian membedakan dirinya dari realism dengan mengatakan bahwa obyek dari pengindraan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom yang bersifat nyata, jadi, panas, dingin, warna merupakan terminology yang manusia berikan arti dari setiap gejala yang ditangkap oleh pancaindra, dengan demikian, gejala alam dapat didekati dari proses kimia fisika. pendapat ini merupakan pendapat kaum mekanistik, bahwa gejala alam hanya merupakan gejala kimia fisika semata. hal ini ditentang oleh kaum vitalistik, yang merupakan kelompok naturalism juga, paham vitalistik sepakat bahwa proses kimia fisika sebagai gejala alam dapat diterapkan, tetapi hanya meliputi unsure dan zat yang mati saja, tidak untuk makhluk hidup
K. Metafisika dan ilmu penetahuan
metafisika ternyata dapat penentangan dari beberapa ilmuan, antara
lain adalah yang menganut paham positivism dari paham positivism logis dengan menyatakan bahwa metafisika tidak bermakna, Alfred, J. Ayer menyatakan bahwa sebagian besar perbincangan yang dilakukan oleh para filosof sejak dahulu sesungguhnya tidak dapat dipertanggungjawabkan dan juga tidak ada gunanya, problem yang diajukan dalam bidang metafisika adalah problem semu, artinya permasalahan yang tidak memungkinkan untuk dijawab, berkaitan dengan pendapat aer tersebut, katsoff menyatakan bahwa aganya ayer berupaya untuk menunjukan bahwa naturalism, materialism, dan lainnya merupakan pandangan yang sesat, ayer menunjang argumentasinya dengan membuat criterion of verifiability atau keadaan dapat diverifikasi, penentang lain luwig winttgenstien menyatakan bahwa metafisika bersifat the mystically, hal-hal yagn tak dapat diungkapkan ke dalam bahasa yang bersifat logis. wittgenstien menyatakan terdapat tiga perosalaan dalam metafisika
1. Subjek, dikatakanya bukan merupakan dunia atau bagian dari dunia, melainkan lebih dapat dikatakan sebagaibatas dari dunia
2. Kematian,kematinan bukanlah sebuah peristiwa dalam kehidupan, manusia tidak hidup untuk mengalami pengalaman kematian
3. Tuhan, ia tidak menampakkan diri-nya di dunia.
dengan demikian Wittgenstein menyimpulkan, bahwa sesuatu yang
tidak dapat diungkapkan secara logis sebaikna didiamkan saja.
namun pada kenyataanya banyak ilmuan besar, terutama albert Einstein yang merasakan perlunya membuat formula konsepsi metafisika sebagai keonsekuensi dari penemuan ilmiahnya, manfaat metafisika bagi pengembangan ilu dikatakan oleh Thomas Kuhn terltak pada awal terbtnuknya paradigm ilmiah, yakni ketika kumpulan kepercayaan belllum lengkap faktanya, maka ia mesti dipasok dari luar, antara lain adalah ilmu pengetahuan lain, peristiwa sejarah, pengalaman personal, dan metafisika. misalnya adalah upaya-upaya untuk memecahkan masalah yang tak dapat dipecahkan oleh paradigm keilmuan yang lama dan selama ini dianggap mamppu memecahkan masalah dan membutuhkan paradigm baru, pemecahan masalah baru, hal ini hanya dapat dipenuhi dari hasil perenungan metafisik yang dalam banuyak hal memang bersifat spekulatif dan intuitinf, hingga dengan kedalaman kontemplasi serta imajinasi akan dapat membuka kemkingan – kemungkinan atau peluang-peluang konsepsi teoritis, asumsi, postulat, tesis dan paradigm baru untuk memecahkan masalah yang ada.
sumbangan metafisika terhadapilmu pengetahuan tidak dapat disangkal lagi adalah pada fundamental ontologisnya, sumbangan metafisika pada ilmu pengetahuan adalah persinggunggan antara metafisika dan ontology dengan epistimologi. dalam metafisika yang mempertanyakan apakah hakikat terdalam dari kenyataan yang diantaranya dijawab bahwa hakikat terdalam dari kenyataan adalah materi, maka munculah paham materialism, sedangkan dalam epistimologi yang dimulai dari pertanyaan bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? yang dijawab salah satunya oleh Descartes, bahwa kita memperoleh pengetahuan melalui akal, maka munculah rasionalisme, john Locke yang menjawab pertanyaan tersebut bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, maka ia telah melahirkan aliran empirismem dan lainya berbagai perdebatan dalam metafisika mengenai realitas, ada tida dan lainya sebagaimana telah dikemukan di dalamyang telah melahirkan berbagai pandangan yang berbeda satu sama lain secara otomatis juga melahirkan berbagai aliran pemahaman yang lazim dinyatakan sebagai aliran-aliran filsafat awal, ketika pemahaman-pemahaman aliran-aliran filsafat tersebut dipertemukan dengan ranah epistimologi atau dihadapkan pada fenomena dinamika perkembanga illmu pengetahuan.
metafisika menutnut orisinalitas berpikir yang biasanya muncul melallui kontemplasi atau intuisi berupa kilatan-kilatan mendadak akan sesuatu, hingga menjadikan para metafisikus menyodorkan cara berpikir yang cendertung subjektif dan menciptaan terminology filsafat yang khas. situasi semacam ini dinyatakan oleh van peursen sangat diperlukan untuk pengembangan ilmu dalam rangka menerapkan heuristika. berkaitan dengan pembentukan minat intelektual, maka metafisika mengajarkan mengenai cara berpikir yang serius dan mendalam tentang hakikat-hakikat segala sesuatu yang bersifat enigmatik, hingga pada akhirnya melahirkan sikap ingin tahu yang tinggi sebagaimana mestinya dimiliki oleh para intelektual. metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama sebagai kebenaran yang paling akhir.
L. Manfaat Metafisika bagi Pengembangan Ilmu
1. Kontribusi metafisika terletak pada awal terbentuknya paradigm ilmiah, ketika kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka ia harus dipasok dari luar, antara lain : metafisika, sains yang lain, kejadian personal dan historis. (Kuhn)
2. Metafisiuka mengajarkan cara berfikir yang serius, terutama dalam menjawab promlem yang bersifat enigmatif (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam.(Kennick)
3. Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu terbuka untuk temuan dan kreativitas baru.(Kuhn)
4. Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream seperti : Monisme, Dualisme, Pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa lahirnya percabangan ilmu (Kennick)
5. Metafisika menuntut orisinalitas berfikir, karena setiap metafisikus menyodorkan cara berfikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminology filsafat yang khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk pengembangan ilmu dalamrangka menerapkan heuristika.(Van Peursen)
6. Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama (First Principle) sebagai kebenaran yang paling akhir. Kepastian ilmiah dalam metode skeptic Descartes hanya dapat diperoleh jika kita menggunakan metode deduksi yang bertitik tolak dari premis yang paling kuat (Cogito ergo sum) Skeptis-Metodis Rene Descartes
7. Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir pengada, artinya manusia memiliki kebebasan untuk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggungjawab bagi diri, sesame, dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di satu pihak dan tanggungjawab di pihak lain merupakan sebuah kontribusi penting bagi pengembangan ilmu yang sarat dengan nilai (not value-free). (Bakker)
8. Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada yang satu dengan pengada yang lain. Aplikasi dalam ilmu berupa komunikasi antar ilmuwan mutlak dibutuhkan, tidak hanya antar ilmuwan sejenis, tetepi juga antar disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas keilmuwan.(Bakker)
M. Hubungan Metafisika, Epistemologi, Aksiologi dan Logika
 Hubungan metafisika dengan epistemology terletak pada kebenaran (truth) sebagai titik omega bagi pencapaian pengetahuan
 Hubungan metafisika dengan Aksiologi terletak pada nilai (axios, value) sebagai kualitas yang inheren pada suatu objek. Objeknya mungkin dapat diindera, namun kualitasnya itu bersifat metafisik.
 Hubungan metafisika dengan logika bersifat simbiosis mutualistik. Di satu pihak metafisika memerlukan logika untuk membangun argumentasi yang meyakinkan, di pihak lain symbol dan prinsip-prinsip logika itu sendiri merupakan wajah metafisika, karena sifatnya yang abstrak






























Bab III
Penutup

A. Simpulan

metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran dan hakikat kaitan zat dengan pikiran.
bebrapa tafsiran maetafisika dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika.
objek metafisika menurut aristoteles ada dua yaktni: ada sebagai yang ada dan ada sebagai yang illahi
metafisika terbagi menjadi dua jenis, pertama metafisika generalis yakni ilmu yang membahas mengenai yang ada atau pengada atau yang lebih di kenal sebagai ontology, dan kedua metafisia spesialis yang terbagi menjadi tiga bagian besar:
1) Antropologi yaitu ilmu yang menelaah mengenai hakikat manusia, tentang diri dan kedirian, tentang hubungan jiwa dan raga.
2) kosmologi yaitu ilmu yang membahas tentang asal-usul alam semesta dan hakikat sebenarnya.
3) teologi yaitu ilmu yang membahas mengenai tuhan secara rasional.
sumbangan metafisika terhadap ilmu pengetahuan tidak dapat disangkal lagi adalah pada fundamental ontologisnya, sumbangan metafisika pada ilmu pengetahuan adalah persinggungan antara metafisika/ontology dengan epistimologi. dalam metafisika yagn meplertanyakan apakah hakikat terdalam dari kenyataan? yagn diantaranya dijawab bahwa hakikat terdaam dari kenyataan adalah materi, maka munculah paham materialism.
Manfaat Metafisika bagi Pengembangan Ilmu
1. Kontribusi metafisika terletak pada awal terbentuknya paradigm ilmiah, ketika kumpulan kepercayaan belum lengkap pengumpulan faktanya, maka ia harus dipasok dari luar, antara lain : metafisika, sains yang lain, kejadian personal dan historis. (Kuhn)
2. Metafisiuka mengajarkan cara berfikir yang serius, terutama dalam menjawab promlem yang bersifat enigmatif (teka-teki), sehingga melahirkan sikap dan rasa ingin tahu yang mendalam.(Kennick)
3. Metafisika mengajarkan sikap open-ended, sehingga hasil sebuah ilmu selalu terbuka untuk temuan dan kreativitas baru.(Kuhn)
4. Perdebatan dalam metafisika melahirkan berbagai aliran, mainstream seperti : Monisme, Dualisme, Pluralisme, sehingga memicu proses ramifikasi, berupa lahirnya percabangan ilmu (Kennick)
5. Metafisika menuntut orisinalitas berfikir, karena setiap metafisikus menyodorkan cara berfikir yang cenderung subjektif dan menciptakan terminology filsafat yang khas. Situasi semacam ini diperlukan untuk pengembangan ilmu dalamrangka menerapkan heuristika.(Van Peursen)
6. Metafisika mengajarkan pada peminat filsafat untuk mencari prinsip pertama (First Principle) sebagai kebenaran yang paling akhir. Kepastian ilmiah dalam metode skeptic Descartes hanya dapat diperoleh jika kita menggunakan metode deduksi yang bertitik tolak dari premis yang paling kuat (Cogito ergo sum) Skeptis-Metodis Rene Descartes
7. Manusia yang bebas sebagai kunci bagi akhir pengada, artinya manusia memiliki kebebasan untuk merealisasikan dirinya sekaligus bertanggungjawab bagi diri, sesame, dan dunia. Penghayatan atas kebebasan di satu pihak dan tanggungjawab di pihak lain merupakan sebuah kontribusi penting bagi pengembangan ilmu yang sarat dengan nilai (not value-free). (Bakker)
8. Metafisika mengandung potensi untuk menjalin komunikasi antara pengada yang satu dengan pengada yang lain. Aplikasi dalam ilmu berupa komunikasi antar ilmuwan mutlak dibutuhkan, tidak hanya antar ilmuwan sejenis, tetepi juga antar disiplin ilmu, sehingga memperkaya pemahaman atas realitas keilmuwan.(Bakker)

B. saran

karena masih banyak kekurangan dalam pembahasan kami ini khususnya tentang metafisika , maka seyogyanya para pembaca lebih mendalami materi filsafat Ilmu ini yang berjudul metafisika







DAFTAR PUSTAKA

 Bagus, Lorens, 1991 “Metafisika” Jakarta : Gramedia,.
 Delfgaauw,B, 1988.“Ontologi dan Metafisika”. dalam Soejono Soemargono (Ed) Berpikir Secara Kefilsafatan Yogyakarta : Nur Cahaya,
 Edi Subkhan, 2008’ metafisika dan ilmu pengetahuan” Universitas negeri Jakarta
 Fakhry, Majid, A History of Islamic Philsopy alih bahasa R. Mulyadi Kartanegara 1987 “Sejarah Filsafat Islam” Jakarta : Pustaka Jaya,.
 Mustofa, A. 2007 “filsafat islam” bandung : Pustaka Setia
 Suriasumantri. Jujun, 2008 “ Filsafat Ilmu sebuah pengantar popular” Jakarta : Sinar Harapan,
 Sumarna. Cecep, Filsafat Ilmu, BandungMulia Press 2008




















PENGHANTAR
Segala puji bagi allah tuhan semesta alam yang telah memberi seluruh makhluknya dari yang terkecil mulai yang terbesar, terutama nikmat sehat wal afiat ditambah lagi dengan nikmat islam. Syukur alhamdulilah kami ucapkan sebanyak-banyaknya kepada Allah karena berkat inayah dan pertolongannya kami dapat menyelesaikan tugas filsafat ilmu yang berjudul metafisika ini,
Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, dialah Nabi yang membawa umatnya dari jaman jahiliyah kejaman keemasan islam dengan penuh ilmu pengetahuan yang arif dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Secara garis besar makalah filsafat ilmu yang kami susun ini yang berkenaan dengan judul yang kami usung yaitu metafisika membahas tentang pengertian metafisika,definisi metafisika,klasifikasi metafisika (c. Wolff),filsuf pembela metafisika,manfaat metafisika bagi pengembangan ilmu, beberapa tafsiran metafisika,dalil pembuktian tuhan,menurut kosmologis aristoteles,dalil teleologis (william paley), dalil etis menurut i.kant,metafisika dan ilmu penetahuan ,manfaat metafisika bagi pengembangan ilmu,hubungan metafisika, epistemologi, aksiologi dan logika.
Besar harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembahasan metafisika.
segala tegur sapa, berupa kritik dan saranya kami sangat mengharapkan dari pembaca untuk kemajuan kami dalam membuat makalah dimasa yang akan datang
Pandeglang 15 November 2010
Hormat Kami
Penyusun


DAFTAR ISI
Penghantar………………………………………………..…..…….. i
Daftar Isi……………………………………………………...……. ii

Bab I
Pendahuluan
G. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
H. Pembatasan Maslah .............................................................. 3
I. Rumusan Masalah................................................................. 4
J. Maksud dan Tujuan.............................................................. 4
K. Sistematika Penulisan........................................................... 5
L. Metodologi Penulisan .......................................................... 5


Bab II
pembahasan
N. Pengertian Metafisika........................................................... 6
O. Klasifikasi Metafisika (C. Wolff)........................................ 7
P. Beberapa Tafsiran Metafisika.............................................. 8
Q. Dalil Pembuktian Tuhan..................................................... 11
R. Menurut Kosmologis Aristoteles........................................ 12
S. Dalil Teleologis (William Paley)......................................... 12
T. Dalil Etis menurut I.Kant.................................................... 13
U. filosof yang menentang metafisika...................................... 14
V. filosof pembela metafisika.................................................. 15
W. objek metafisika.................................................................. 15
X. metafisika dan ilmu pengetahuan....................................... 19
Y. Manfaat Metafisika bagi Pengembangan Ilmu.................. 22
Z. Hubungan Metafisika, Epistemologi,
Aksiologi dan Logika........................................................ 24

Bab III
penutup
A. simpulan........................................................................... 25
B. saran ................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA




MAKALAH

Filsafat Metafisika

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Pada Mata Kuliah filsafat ilmu

Dosen : Nandang Kosim, S. Ag M.Pd












Disusun Oleh
Kelompok 2
Semester V PAI
Kelas Vc



Ketua Ihabudin (08111029
Sekretaris Mochammad Irfan (0811102928)
Bendahara Rika Nurafni Faula (0611101444)
Anggota Siti Atikah (08111029
Anggota Siti Khodijah (0811102945)
Anggota Siti Julaeha (0811102944)




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH MANSYHUR (STAISMAN) PANDEGLANG
TAHUN AKADEMIK 2010-2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar