Powered By Blogger

Minggu, 02 Januari 2011

makalah filsafat ilmu tentang idealisme

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Ilmu filsafat sebetulnya banyak aliran atau paham, diantaranya seperti aliran renaisance, rasionalisme, idealisme, empirisme, pragmatisme, existentialisme, dan masih banyak lagi. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi. Antara aliran atau paham yang satu dengan yang lainnya dapat saling mendukung. Seperti penyelesaian masalah yang sederhana misalnya, kita bisa menggunakan logika klasik, untuk menggali ilmu-ilmu yang ada di alam, kita dapat menggunakan cara empirisme, untuk membantu pemahaman bisa menggunakan paham rasionalisme, dan untuk persoalan yang kompleks kita dapat menggunakan teorinya idealisme (dialektika).
Penulis sengaja batasi dalam pembahasan makalah ini, yakni terfokus pada aliran filsafat idealisme, agar pembahasan mengenai hal-hal di luar itu tidak terlalu mendetail.
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat idealisme, serta mencoba menuangkan informasi yang didapat ke dalam sebuah tulisan.
Metode pembahasan atau penulisan yang penulis pakai, sedikit akan menggunakan contoh agar lebih terlihat nyata dan lebih mudah dipahami.
Sumber data dari makalah ini sendiri adalah pengetahuan yang penulis terima dari kuliah dan ditambah dari buku-buku atau artikel-artikel yang relevan dengan pembahasan ini.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan di sana sini, mudah-mudahan hal tersebut dapat menjadi pendorong bagi kita untuk mencari sumber-sumber yang lebih banyak lagi. Semoga dengan hadirnya makalah ini, dapat memperluas pemahaman kita, terutama terhadap ilmu filsafat.
B. Pembatasan Maslah
Agar lebih fokos dan lebih efesien dalam pembahasan ini maka kami membatasi permasalahan ini menjadi bebrapa sub pokok pembahaan yang meliputi: Pengertian Idealisme, Bagian-bagian Idealisme, Tokoh Filsafat Idealisme dan Pokok Ajarannya, Konsep dasar Aliran Idealisme, Epistimologi Idealisme dalam pendidikan ,pandangan beberapa filusuf mengenai idealisme
C. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis mencoba mengidentifikasikan beberapa pertanyaan yang akan dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Diantaranya yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan idealisme?
2. Ada berapakah bagian idealisme itu ?
3. Bagaimana Pandangan filosof mengenai idealism ?
D. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Ilmu sosial dasar, tapi juga bertujuan diantaranya untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian idealisme
2. Untuk mengetahui bagian dari idealisme itu
3. Untuk mengetahui pandangan beberapa filosof
E. Metodologi Penulisan
dalam pembahasan filsafat ilmu ini saya menggunakan metode analisis deskriftif dari sumber-sumber yang saya peroleh
F. Sistematika Penulisan
makalah ini di buat 3 bab yang masing-msing bab di lengkapi sub-sub bab dengan sistemaitka sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
perusmusan masalahan, pembatasan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : pembahsan yang menguraikan tentang Pengertian
Idealisme, Bagian-bagian Idealisme, Tokoh Filsafat Idealisme dan Pokok Ajarannya, Konsep dasar Aliran Idealisme, Epistimologi Idealisme dalam pendidikan ,pandangan beberapa filusuf mengenai idealisme
Bab III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-
saran
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian Idealisme
Idealisme dalam filsafat dikatakan bahwa realitas itu terdiri dari ide-ide pikiran, jiwa, dan bukan benda material atau tenaga. Jiwa adalah riil dan materi adalah produk sampingan. Alam tidak dapat berdiri sendiri. Kesatuan organik dari alam ditekankan. Manusia harus hidup dalam keharmonisan dengan alam. Alam mempunyai arti dan maksud.
Atau dengan kata lain, idealisme adalah aliran filsafat yang menekankan “idea” (dunia roh) sebagai objek pengertian dan sumber pengetahuan. Idealisme berpandangan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidaklah selalu harus berkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan prinsip kerohanian (idea). Oleh sebab itu, idealisme sangat mementingkan perasaan dan fantasi manusia sebagai sumber pengetahuan.
Tegasnya, idealisme adalah aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami.

B. Bagian-bagian Idealisme
Menurut Ahmad Agung yang dikutip dari bukunya Juhaya S. Pradja (1987 : 38) ada beberapa jenis idealisme, diantaranya :
1) Idealisme subjektif atau juga disebut immaterialisme, mentalisme, dan fenomenalisme. Seorang idealis subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala yang ada. Objek pengalaman bukanlah benda material; objek pengalaman adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti bangunan dan pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.
Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang uskup inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M), menurut Berkeley segala, sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah bukanlah materiil yang riil dan ada secara obyektif. Sesuatu yang materiil misalkan jeruk, dianggapnya hanya sebagai sensasi-sensasi atau kumpulan perasaan/konsepsi tertentu (“bundles of conception” David Hume (1711-1776 M), -ed), yaitu perasaan / konsepsi dari rasa jeruk, berat, bau, bentuk dsb. Dengan demikian Berkeley dan Hume menyangkal adanya materi yang ada secara obyektif, dan hanya mengakui adanya materi atau dunia yang riil didalam fikirannya atau idenya sendiri saja.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari filsafat ini adalah, kecenderungan untuk bersifat egoistis “Aku-isme” yang hanya mengakui yang riil adalah dirinya sendiri yang ada hanya “Aku”, segala sesuatu yang ada diluar selain “Aku” itu hanya sensasi atau konsepsi-konsepsi dari “Aku”. Untuk berkelit dari tuduhan egoistis dan mengedepankan “Aku-isme/solipisme” Berkeley menyatakan hanya Tuhan yang berada tanpa tergantung pada sensasi.
Filsafat Berkeley dan Hume ini adalah filsafat Borjuasi besar Inggris pada abad ke-18, yang merupakan kekuatan reaksioner menentang materialisme klasik Perancis, sebagai manifestasi dari kekuatiran atas revolusi di Inggris pada waktu itu
Pada abad ke-19, Idealisme subyektif mengambil bentuknya yang baru yang terkenal dengan nama “Positivisme”, yang di kemukakan pertama kali oleh Aguste Comte (1798-1857 M), menurutnya hanya “pengalaman”-lah yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya , selain dari pada itu tidak ada lagi kenyataan, dunia adalah hasil ciptaan dari pengalaman, dan ilmu hanya bertugas untuk menguraikan pengalaman itu. Dan masih banyak lagi pemikir-pemikir yang lainnya dalam filsafat ini, misalnya saja William Jones (1842-1910 M) dan John Dewey (1859-1952), keduanya berasal dari Amerika Serikat dan pencetus ide “pragmatisme”, menurut mereka Pragmatisme adalah suatu filsafat yang menggunakan akibat-akibat praktis dari ide-ide atau keyakinan-keyakinan sebagai suatu ukuran untuk menetapkan nilai dan kebenarannya. Filsafat seperti ini sangat menekankan pada pandangan individualistic, yang mengedepankan sesuatu yang mempunyai keuntungan atau “cash-value”(nilai kontan)-lah yang dapat diterima oleh akal si “Aku” tsb. Pragmatisme berkembang di Amerika dan adalah filsafat yang mewakili kaum borjuasi besar di negeri yang katanya “the biggest of all”. Sebab dari pandangan filsafat seperti ini Imperialisme, tindakan eksploitasi dan penindasan dapat dibenarkan selama dapat mendapatkan keuntungan untuk si “Aku”.
Pandangan-pandangan idealisme subyektif dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tidak jarang kita temui perkataan-perkataan seperti ini :
“Baik buruknya keadaan masyarakat sekarang tergantung pada orang yang menerimanya, ialah baik bagi mereka yang menganggapnya baik dan buruk bagi mereka yang menganggapnya buruk.”

“kekacauan sekarang timbul karena orang yang duduk dipemerintahan tidak jujur, kalau mereka diganti dengan orang-orang yang jujur maka keadaan akan menjadi baik.”
“aku bisa, kau harus bisa juga,” dsb.

2) Idealisme objektif, yakni dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.Idealisme obyektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya idealis, dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universil (Absolute Idea- Hegel / LOGOS-nya Plato) ide diluar ide manusia. Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materiil, yang ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif pandangan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap pohon, batu dsb-nya.
Akan tetapi sebagai suatu system filsafat, pandangan dunia ini pertama-tama kali disistimatiskan oleh Plato (427-347 S.M), menurut Plato dunia luar yang dapat di tangkap oleh panca indera kita bukanlah dunia yang riil, melainkan bayangan dari dunia “idea” yang abadi dan riil. Pandangan dunia Plato ini mewakili kepentingan klas yang berkuasa pada waktu itu di Eropa yaitu klas pemilik budak. Dan ini jelas nampak dalam ajarannya tentang masyarakat “ideal”.
Pada jaman feodal, filsafat idealisme obyektif ini mengambil bentuk yang dikenal dengan nama Skolastisisme, system filsafat ini memadukan unsur idealisme Aristoteles (384-322 S.M), yaitu bahwa dunia kita merupakan suatu tingkatan hirarki dari seluruh system hirarki dunia semesta, begitupun yang hirarki yang berada dalam masyarakat feodal merupakan kelanjutan dari dunia ke-Tuhanan. Segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini maupun dalam alam semesta merupakan “penjelmaan” dari titah Tuhan atau perwujudan dari ide Tuhan. Filsafat ini membela para bangsawan atau kaum feodal yang pada waktu itu merupakan tuan tanah besar di Eropa dan kekuasaan gereja sebagai “wakil” Tuhan didunia ini. Tokoh-tokoh yang terkenal dari aliran filsafat ini adalah: Johannes Eriugena (833 M), Thomas Aquinas (1225-1274 M), Duns Scotus (1270-1308 M), dsb.
Kemudian pada jaman modern sekitar abad ke-18 muncullah sebuah system filsafat idealisme obyektif yang baru, yaitu system yang dikemukakan oleh George.W.F Hegel (1770-1831 M). Menurut Hegel hakekat dari dunia ini adalah “ide absolut”, yang berada secara absolut dan “obyektif” didalam segala sesuatu, dan tak terbatas pada ruang dan waktu. “Ide absolut” ini, dalam prosesnya menampakkan dirinya dalam wujud gejala alam, gejala masyarakat, dan gejala fikiran. Filsafat Hegel ini mewakili klas borjuis Jerman yang pada waktu itu baru tumbuh dan masih lemah, kepentingan klasnya menghendaki suatu perubahan social, menghendaki dihapusnya hak-hak istimewa kaum bangsawan Junker. Hal ini tercermin dalam pandangan dialektisnya yang beranggapan bahwa sesuatu itu senantiasa berkembang dan berubah tidak ada yang abadi atau mutlak, termasuk juga kekuasaan kaum feodal. Akan tetapi karena kedudukan dan kekuatannya masih lemah itu membuat mereka tidak berani terang-terangan melawan filsafat Skolatisisme dan ajaran agama yang berkuasa ketika itu.
Pikiran filsafat idealisme obyektif ini dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai macam bentuk. Perwujudan paling umum antara lain adalah formalisme dan doktriner-isme. Kaum doktriner dan formalis secara membuta mempercayai dalil-dalil atau teori sebagai kekuatan yang maha kuasa , sebagai obat manjur buat segala macam penyakit, sehingga dalam melakukan tugas-tugas atau menyelesaikan persoalan-persoalan praktis mereka tidak bisa berfikir atau bertindak secara hidup berdasarkan situasi dan syarat yang kongkrit, mereka adalah kaum “textbook-thingking”.

3) Idealisme individual atau idealisme personal, yaitu nilai-nilainya dan perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme ini muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.

C. Tokoh Filsafat Idealisme dan Pokok Ajarannya
1. George Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831) adalah seorang filosof Jerman yang idealistis. Masa remajanya dipergunakan untuk belajar di kalangan akademis, sesudah belajar dalam suatu seminar teologi, ia menjadi tutor pribadi selama beberapa tahun, kemudian mengajar berturut-turut pada universitas di Jena, Heidelberg, dan Berlin.
Di Berlin, dimana ia mengajar sampai akhir hayatnya, ia mempunyai pengaruh yang luas. Terlepas dari pandangannya tentang sejarah dan idealisme. Hegel menjadi terkenal karena metode dialektika dalam berpikir.
Karangan-karangan Hegel antara lain Phenomenology of mind, The Science of Logic, The Encyclopedia of the Philosophical Sciences, dan The Philosophy of Right.
Tema pokok filsafatnya adalah tentang ide mutlak. Oleh karena itu semua pemikirannya tidak lepas dari ide mutlak, baik berkenaan dengan sistemnya, proses dialektikanya, maupun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh sebab itu filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah idea (jiwa).
Ajaran pokoknya meliputi tentang rasio, ide, roh, dan dialektika.
a. Rasio, Ide, dan Roh
Hegel sangat mementingkan rasio. Yang dimaksud rasio menurutnya bukan saja rasio pada manusia perorangan, tetapi juga rasio pada Subjek Absolut, karena Hegel menerima prinsip idealistis bahwa realitas seluruhnya harus disertakan dengan suatu subjek.
Suatu dalil Hegel yang kemudian terkenal berbunyi “ semua yang real bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat real”. Yang dimaksudkan dengan dalil ini ialah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran atau ide menurut istilah yang dipakai oleh Hegel, yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan perkataan Hegel lainnya, realitas seluruhnya adalah roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya.
Dengan mementingkan rasio, Hegel sengaja bereaksi atas kecondongan intelektual pada waktu itu yang mencurigai rasio sambil mengutamakan perasaan. Kecondongan ini terutama dilihat di dalam kalangan “filsafat kepercayaan” dan dalam aliran sastra Jerman yang disebut “Romantik”.
b. Dialektika
Dialektika adalah ajaran Hegel yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam semesta itu terjadi dari hasil pertentangan antara dua hal dan yang menimbulkan hasil lain lagi.
Hegel amat mementingkan dialektika yang kemudian hari dikembangkan oleh Karl Marx. Dialektika bagi Hegel bukan hanya sekedar metode tetapi juga sebagai sistem. Sebagai metode dialektika berarti pengembangan logika berpikir melalui triade : tesis, antitesis, dan sintesis.
Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan. Lalu antitesis adalah pengungkapan gagasan yang bertentangan. Sedangkan sintetis adalah paduan (campuran) berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras. Dikatakan, dalam sintetis itulah tesis dan antitesis menjadi “aufgehoben” (dicabut, ditiadakan, tidak berlaku lagi atau diangkat ke taraf yang lebih tinggi).
Hegel menyusun kerangka dalam tesis, antitesis, dan sintetis seperti gambar di bawah ini :

Tesis X Antitesis

Sintesis........ Tesis X Antitesis

Sintesis……….dst

Contoh sederhananya begini, misalnya kita hendak menjawab pertanyaan apakah air pada suhu 100oC cair atau uap. Kita perlu mengetahui kondisi pemanasan yang ada terlebih dahulu. Pada titik awal ia di 100 % air akan cair dan pada titik akhir ia di 100% akan uap. Tesis yang menyatakan bahwa air itu mendidih pada suhu 100oC ternyata harus kita benturkan terlebih dahulu dengan kondisi pemanasan yang ada, hingga ia menjadi sintesa baru. Kemudian sistesa ini akan berubah menjadi suatu tesis baru, lalu tesis ini dilawan lagi dengan antitesa yang lain, misalnya tekanan, dan seterusnya, hingga menjadi tesis baru, lalu kita berikan antitesa baru misalnya ada tidaknya garam terus….. dan rantai ini tidak akan pernah berhenti nantinya.
2. Johan Gottlieb Fichte (1762 – 1814), adalah salah seorang filosof Jerman murid Immanuel Kant. Menurut pendapatnya subjek “menciptakan” objek. Kenyataan pertama ialah “saya yang sedang berpikir”, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek memerlukan objek, seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini merupakan antitesis. Subjek dan objek yang dilihat dalam kesatuan disebut sintesis. Segala sesuatu yang ada berasal dari tindak perbuatan sang Aku. Dengan demikian maka triade yang dipegang Fichte bukan berasal dari Hegel namun dari Feurbach.
3. Friederich Wilhelm Joseph von Schelling (1775 – 1854), adalah tokoh idealisme Jerman. Belajar bersama dengan Hegel dan Holderlin di Tubingen, lalu atas desakan Fichte dan Goethe ia menjadi Guru Besar di Jena. Ia mengungkapkan alam pikiran zaman Romantik dengan sangat tepat. Dalam perkembangannya pertama ia memandang alam sebagai suatu organisme, terwujud dari roh yang tak sadar diri, tetapi dalam perkembangannya alam menjadi sadar diri.
Dalam tahap kedua Schelling mencari sintesa antara pandangan Spinoza dan Kant. Baik saya maupun alam merupakan satu subjek dengan satu kehendak. Baik alam maupun manusia diciptakan dengan semacam kebebasan, sehingga baik alam maupun manusia dapat memilih antara yang baik dan yang jahat. Segi alam yang jahat atau gelap ialah alam yang tak sadar diri.
Dalam tahap selanjutnya Schelling condong ke arah mistik dan teosofi. Mitologi dan wahyu merupakan semacam empirisme metafisik. Dalam seni menurutnya kita mengalami bagaimana Tuhan mengembangkan diri, seperti dalam kehidupan religius Tuhan mewahyukan diri.
D. Konsep dasar Aliran Idealisme
Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa. Alam semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran atas keberadaannya. Materi apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia. Dahulu, sekarang atau nanti adalah gambaran mental manusia. Ludwig NoirĂ© berpendapat "The only space or place of the world is the soul," and "Time must not be assumed to exist outside the soul”.
Keunikan manusia terletak dalam fakta bahwa manusia memberikan makna- makna simbolik bagi tindakan-tindakan mereka. Manusia menciptakan rangkaian gagasan dan cita-cita yang rinci dan menggunakan konstruk mental ini dalam mengarahkan pola perilaku mereka. Berbagai karakteristik pola perilaku yang berbeda- beda dalam masyarakat yang berbeda dilihat sebagai hasil serangkaian gagasan dan cita- cita yang berbeda pula. Paham idealisme memandang bahwa cita-cita (yang bersifat luhur) adalah sasaran yang harus dikejar dalam tindakan manusia. Manusia menggunakan akalnya untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari baik untuk dirinya dan masyarakat.
Para idealis menganggap esensi jiwa adalah kekal sedangkan jasad adalah fana. Lebih lanjut penganut idealisme transendental menganggap bahwa alam semesta atau makro kosmos ini tidak ada. Karena sesungguhnya yang ada hanyalah Allah yang menciptakannya. Diri manusia atau mikro kosmos adalah makhluk spiritual yang merupakan bagian dari substansi spiritual alam semesta.


E. Epistimologi Idealisme dalam pendidikan
Apa yang harus diketahui sesungguhnya sudah ada dalam jiwa. Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini menjadi kesadaran. Para mendidik berusaha agar murid mencapai keadaan kesempurnaannya. Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun secara terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi generasi. Paling tinggi
ingkatannya adalah ilmu umum tentang filosofi dan theologi. Kedua hal ini bersifat abstrak. Matematika menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami ilmu atau logika yang bersifat abstrak. Sejarah dan literatur mempunyai posisi yang tinggi karena ia mewariskan nilai moral, model budaya dan kepahlawanan maupun contoh kehidupan. Ilmu alam dan sain menjadi prioritas berikutnya karena menyediakan penjelasan tentang hubungan sebab akibat.
Di samping siswa memahami literatur, Idealisme menganggap perlu terbentuknya manusia yang baik. Untuk itu siswa tidak hanya didorong untuk mengembangkan skill dan akal pikiran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan yg secara naluri sudah ada dalam jiwa manusia
Axiologi pandangan Idealist
Bagi Idealist maka nilai-nilai mencerminkan kebaikan yang terkandung pada alam semesta. Nilai-nilai ini bersifat absolut, universal dan tidak berubah. Tindakan etis muncul dari warisan budaya. Pendidik mengajarkan kepada murid-muridnya akan nilai- nilai unggul dari mahakarya manusia yang bertahan dari masa ke masa.
Pertanyaan mendasar seperti Apa itu pengetahuan? Jawabnya: Pengetahuan adalah sesuatu yang menyangkut tentang prinsip-prinsip spiritual yang mendasari realitas. Pengetahuan tentang realitas ini membentuk ide-ide atau gagasan. Pendidikan adalah proses intelektual membawa gagasan atau ide kepada kesadaran para pembelajar.
Pertanyaan tentang: Apakah itu sekolah? Jawabnya: Sekolah adalah agen sosial di mana siswa berusaha mencari, mengungkap dan mendapatkan kebenaran. Sekolah adalah institusi dimana guru dan murid mencari jawab atas pertanyaan mendasar seperti: Apakah kebenaran itu? Apakah yang dinamakan keindahan itu? Apakah kehidupan yang baik itu? Semua orang berhak mendapatkan pegetahuan ini. Sehingga semua orang berhak sekolah. Meski demikian tidak setiap orang mempunyai kemampuan intelektual yang sama. Murid yang cerdas perlu mendapatkan tantangan yang lebih dari guru. Tujuan pembelajaran adalah memupuk kreatifitas.
F.pandangan beberapa filusuf mengenai idealism
1. schelling memberikan nama idealism subyektif apada filsafat fichte, dengan alas an bahwa dalam fichte dunia merupakan postulat subyek yang memutuskan
2. idialisme subyektif adalah nama yang diberikan oleh schelliing pada pemikiran filsafatnya, menurutnya alam adalah ingelegensi yang kelihatan. hal tersebut menunjukan semua fisafat yang mengidentikan ralitas dengan ide,akal atau ruh
3. hegel menerima klasifikasi schelling dan mengubahnya menjadi idealism absolute sebagai sintesis dari pandangan idealism subyektif dan obyektif
4. idealisme transcendental adalah pandanan dan penyebutan dari imanuel khant sering disebut juga idealism kritis, pandanan ini mempunyai alternative isi dari pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya sendiri,, sedangakn ruang dan waktu meruupakan forma intuisi kita sendiri.
5. idealism epistimologis mleruupakan suatu keputusan bahwa kita membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada peristiwa entitas-entitas fisikis
6. idealisme peronala adalah system filsafat howisn dan bowne
7. idealism volluntarisme dikembangan oleh foule dalam suatu system yang melibatkan tenaga pemikiran
8. idealime teitstik pandangan dan system filsafat dari ward
9. idealism monoistik adalah penyebutan dari system filsafat dari paulesen
10. ideallisme etis adalah pandanang filsafat yang dianut oleh sorleh dan messer
11. idealism jerman pemicunya adalah imanuelkhant dan dikembangkan oleh penerus-penerusnya
idealism merupakan pembaharuan dari platinus karena para pemikir melakukan terobosan-terobosan filosofis yang sangat penting dalam sejarah manusia hanya dalam yaitu 40 tahun (1790-1830) dan gerakan intelektual ini mempunyai ke dalam dan kekayaan berpikir yang tiada bandinganya

G. Beberapa perbedaan antara idealisme, materialisme, dan realisme

1. Idelisme dan Materialisme
Aliran Idealisme biasanya dipertentangkan dengan materialisme. Idealisme menurut ilmu sosial adalah doktrin bahwa ciri-ciri dasar kehidupan sosial manusia merupakan hasil dari sifat dasar pemikiran dan ide manusia. Sedangkan materialisme menurut ilmu sosial merupakan cara pandang bahwa keadaan dasar kehidupan sosial berasal dari "kondisi material kehidupan sosial", seperti ekonomi, lingkungan fisik, dan tingkat teknologi.
Materialisme mendasarkan bahwa sesuatu yang nyata harus dapat diukur, diindra dan dibuktikan secara nyata. Hal yang bersifat abstrak, gaib atau hanya ide semata tidak boleh dijadikan dasar pijakan perbuatan manusia. Materialisme sebagai dasar pemikiran Carl Mark yang seperti inilah yang sering dipertentangkan dengan idealisme agama. Menurut Mark konsep-konsep yang diajukan agama (idealisme) seperti adanya surga dan neraka merupakan candu agar orang lupa kenyataan disekelilingnya.
Meterialisme juga menjadi pijakan filsafat bagi Darwinian dalam menggagas teori evolusi kehidupan ‘Survival of the fittes’ dan menentang teori penciptaan yang dianut gereja. Menurut paham materialisme bahwa bagian terpenting dari kehidupan manusia adalah adaptasi terhadap lingkungan fisik (material), dan ini harus dilakukan dengan menciptakan teknologi dan sistem ekonomi. Sekali teknologi dan sistem ekonomi diciptakan, maka ia akan menentukan sifat pola-pola sosial lain yang dilahirkan masyarakat manusia. Jenis teknologi dan sistem ekonomi yang berbeda akan melahirkan jenis pola-pola sosial yang berbeda pula. Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ad Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.
  •         •      
12. dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.(QS. Al-Jatsiyah:13)
            •                         • 
32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
33. dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (Q. S. Ibrahim: 32-33),
dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati.



a ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat.
Misal, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada.
Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau seperti kata Marx “Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.” Maksudnya sifat/fikiran seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya, “masyarakat sekelilingnya” –ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
H. Aliran-aliran dalam materialisme
1. Materialisme Mekanik
Materialisme mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan metodenya mekanis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan berubah, geraknya itu adalah gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap selamanya atau gerak yang berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif.
Materialisme mekanik tersistematis ketika ilmu tentang meknika mulai berkembang dengan pesat, tokoh-tokoh yang terkenal sebagai pengusung materialisme pada waktu itu ialah Demokritus (± 460-370 SM), Heraklitus (± 500 SM) kedua pemikir Yunanai ini berpendapat bahwa aktivitas psikik hanya merupakan gerakan atom-atom yang sangat lembut dan mudah bergerak.
Mulai abad ke-4 sebelum masehi pandangan materialisme primitif ini mulai menurun pengaruhnya digantikan dengan pandangan idealisme yang diusung oleh Plato dan Aristoteles. Sejak itu, ± 1700 tahun lamanya dunia filsafat dikuasai oleh filsafat idealisme.
Baru pada akhir jaman feodal, sekitar abad ke-17 ketika kaum borjuis sebagai klas baru dengan cara produksinya yang baru, materialisme mekanik muncul dalam bentuk yang lebih modern karena ilmu pengetahuan telah maju sedemikian pesatnya. Pada waktu itu ilmu materialisme ini menjadi senjata moril / idiologis bagi perjuangan klas borjuis melawan klas feodal yang masih berkuasa ketika itu. Perkembangan materialisme ini meluas dengan adanya revolusi industri, di negeri-negeri Eropa. Wakil-wakil dari filsafat materialis pada abad ke-17 adalah Thomas Hobbes(1588-1679 M), Benedictus Spinoza (1632-1677 M) dsb. Aliran filsafat materialisme mekanik mencapai titik puncaknya ketika terjadi Revolusi Perancis pada abad ke-18 yang diwakili oleh Paul de Holbach (1723-1789 M), Lamettrie (1709-1751 M) yang disebut juga materialisme Perancis.
Materialisme Perancis dengan tegas mengatakan materi adalah primer dan ide adalah sekunder, Holbach mengatakan : “materi adalah sesuatu yang selalu dengan cara-cara tertentu menyentuh panca indera kita, sedang sifat-sifat yang kita kenal dari bermacam hal-ichwal itu adalah hasil dari bermacam impresi atau berbagai macam perubahan yang terjadi di alam pikiran kita terhadap hal-ichwal itu”. Materialisme Perancis menyangkal pandangan religus tentang penciptann dunia (Demiurge), yang sebelum itu menguasai alam pikiran manusia.. Bahkan secara terang-terangan Holbach mengatakan “nampaknya agama itu diadakanhanya untuk memperbudak rakyat dan supaya mereka tunduk dibawah kekuasaan raja lalim. Asal manusia merasa dirinya didalam dunia ini sangat celaka, maka ada orang yang datang mengancam mereka dengan kemarahan Tuhan, memakasa mereka diam dan mengarahkan pandangan mereka kelangit, dengan demikian mereka tidak lagi dapat melihat sebab sesungguhnya daripada kemalangannnya itu”.
Materialisme Perancis adalah pandangan yang menganggap segala macam gerak atau gejala-gejala yang terjadi dialam itu dikuasai oleh gerakan mekanika, yaitu pergeseran tempat dan perubahan jumlah saja. Bahkan manusia dan segala aktivitetnya pun dipandang seperti mesin yang bergerak secara mekanik, ini tampak jelas sekali dalam karya Lamettrie yang berjudul “Manusia adalah mesin”. Mereka tidak melihat adanya peranan aktif dari ide atau pikiran terhadap materi. Pandangan ini adalah ciri dan sekaligus kelemahan materialisme Perancis.
2. Materialisme metafisik
Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan diam, tetap atau statis selamanya seandainya materi itu berubah maka perubahan tersebut terjadi karena faktor luar atau kekuatan dari luar. Gerak materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar. selanjutnya materi itu dalam keadaan terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Materialisme metafisik diwakili oleh Ludwig Feurbach, pandangan materialisme ini mengakui bahwa adanya “ide absolut” pra-dunia dari Hegel , adanya terlebih dahulu “kategori-kategori logis” sebelum dunia ada, adalah tidak lain sisa-sisa khayalan dari kepercayaan tentang adanya pencipta diluar dunia; bahwa dunia materiil yang dapat dirasakan oleh panca indera kita adalah satu-satunya realitet.
Tetapi materialisme metafisik melihat segala sesuatu tidak secara keseluruhannya, tidak dari saling hubungannya, atau segala sesuatu itu berdiri sendiri. Dan segala sesuatu yang real itu tidak bergerak, diam.
Pandangan ini mengidamkan seorang manusia suci atau seorang resi suci yang penuh cinta kasih. Feurbach berusaha memindahkan agama lama yang menekankan hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sebuah agama baru yaitu hubungan cinta kelamin antara manusia dengan manusia. Seperti kata Feurbach: “Tuhan adalah bayangan manusia dalam cermin”, Feurbach menentang teologi, dalam filsafatnya atau “agama baru”-nya Feurbach mengganti kedudukan Tuhan dengan manusia, pendeknya manusia itu Tuhan. Feurbach tidak melihat peran aktif dari ide dalam perkembangan materi, yang materi bagi Feurbach adalah misalnya, manusia (baca: materi, pen) sedangkan dunia dimana manusia itu tinggal tidak ada baginya, atau menganggap sepi ativitet yang dilakukan manusia/materi tersebut.
Materialisme metafisik menganggap kontradiksi sebagai hal yang irasionil bukan sebagai hal yang nyata, disinilah letak dari idealisme Feurbach. Pandangannya bertolak daripada materialisme tetapi metode penyelidikan yang dipakai ialah metafisis. Metode metafisis inilah yang menjadi kelemahan terbesar bagi materialisme Feurbach.

2. Idelisme dan Realisme

Idealisme adalah suatu paham yang memuja kesempurnaan dalam mencapai suatu tujuan hidup.Realism e adalah suatu paham dalam menjalani kehidupan ini dengan apa adanya sesuai kenyataan yang terjadi.
3. Materialisme dialektis
Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter (benda) dan metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu mempunyai keterhubungan satu dengan lainnya, saling mempengaruhi, dan saling bergantung satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerakan yang dialektis yaitu pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx (1818-1883 M), Friedrich Engels (1820-1895 M).
Gerakan materi itu adalah gerak intern, yaitu bergerak atau berubah karena dorongan dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut “diam” itu hanya tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala yang tampaknya atau bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam” itu juga suatu bentuk gerak.
Metode yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui bahwa orang Yunani-lah yang pertama kali menemukan metode dialektika, tetapi Hegel-lah yang mensistematiskan metode tersebut. Tetapi oleh Marx dijungkir balikkan dengan bersandarkan materialisme. Marx dan temannya Engels mengambil materialisme Feurbach dan membuang metodenya yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya. Dan memakai dialektika sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel.
Dialektika Hegel menentang dan menggulingkan metode metafisis yang selama beabad-abad menguasai lapangan filsafat. Hegel mengatakan “yang penting dalam filsafat adalah metode bukan kesimpulan-kesimpulan mengenai ini dan itu”. Ia menunjukkan kelemahan-kelemahan metafisika :
1. Kaum metafisis memandang sesuatu bukan dari keseluruhannya, tidak dari saling hubungannya, tetapi dipandangnya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, sedangkan Hegel memandang dunia sebagai badan kesatuan, segala sesuatu didalamnya terdapat saling hubungan organic.
2. Kaum metafisis melihat segala sesuatu tidak dari geraknya, melainkan sebagai yang diam, mati dan tidak berubah-ubah, sedang Hegel melihat segala sesuatu dari perkembangannya, dan perkembangannya itu disebabkan kontradiksi internal, kaum metafisik berpendapat bahwa: “segala yang bertentangan adalah irasionil”. Mereka tidak tahu bahwa akal (reason) itu sendiri adalah pertentangan.
3. Sumbangan Hegel yang terpenting adalah kritiknya tentang evolusi vulgar, yang pada ketika itu sangat merajalela, dengan mengemukakan teorinya tentang “lompatan” (sprong) dalam proses perkembangan. Sebelum Hegel sudah banyak filsuf yang mengakui bahwa dunia ini berkembang, dan meninjau sesuatu dari proses perkembangannya, tetapi perkembangannya hanya terbatas pada perubahan yang berangsur-angsur (perubahan evolusioner) saja. Sedang Hegel berpendapat dalam proses perlembangan itu pertentangan intern makin mendalam dan meruncing dan pada suati tingkat tertentu perubahan berangsur-angsur terhenti dan terjadilah “lompatan”. Setelah “lompatan” itu terjadi, maka kwalitas sesuatu itu mengalami perubahan.
Akan tetapi dialektika Hegel ini diselimuti dengan kulit mistik, reaksioner, yaitu pandangan idealismenya sehingga dia memutar balikkan keadaan sebenarnya. Hukum tentang dialektika yaitu hukum tentang saling hubungan dan perkembangan gejala-gejala yang berlaku didunia ini dipandangnya bukan seabagai suatu hal yang obyektif, yang primer melainkan perwujudan dari “ide absolut”. Kulitnya yang reaksioner inilah yang kemudian dibuang oleh Marx, dan isinya yang “rasionil” diambil serta ditempatkan pada kedudukan yang benar.
Sedangkan jembatan antara Marx dan Hegel adalah Feurbach, Materialisme dijadikan sebagai dasar filsafatnya tetapi Feurbach melihat gerak dari penjuru idealisme yang membuat ia berhenti dan membuang dialektika Hegel. Membuat hasil pemeriksaannya terpisah dan abstrak, Marx membuang metode metafisisnya.
BAB III
PENUTUP


A. simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, sebagai berikut :
1. Idealisme adalah aliran filsafat yang menekankan “idea” (dunia roh) sebagai objek pengertian dan sumber pengetahuan. Idealisme berpandangan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia tidaklah selalu harus berkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan prinsip kerohanian (idea). Oleh sebab itu, idealisme sangat mementingkan perasaan dan fantasi manusia sebagai sumber. Atau idealisme adalah aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami.
2. Bagian-bagian Idealisme adalah Idealisme subjektif, Idealisme objektif, dan Idealisme individual
3. Tokoh Filsafat Idealisme diantaranya George Wilhelm Friedrich Hegel, Johan Gottlieb Fichte, dan Friederich Wilhelm Joseph von Schelling.
4. Dialektika dipakai untuk menyelesaikan persoalan yang kompleks. Atau ketika persoalan yang sederhana berubah karakteristiknya dari yang biasa diperkirakan.



B. Saran
Kemapuan manusia untuk bernalar dan membakukan penalaran tidak tak terbatas. Oleh karenanya manusia selain membutuhkan manusia lainnya tetapi juga selalu membutuhkan yang selain manusia. Jadi, jika suatu saat kita ragu untuk memutuskan suatu perkara atau kesulitan dalam menghadapi sebuah persoalan, kita dapat meminta tolong kepada yang memilki kemampuan tak terbatas.
        •         
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu diminta pertanggungjawabannya”. (Qu’ran Surat 17 : 36)
















DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad Agung, 2007 Diktat Filsafat Umum, Institut Agama Islam Darussalam, Ciamis,
 Abidin, Zainal, 2001 Filsafat Manusia, Rosdakarya, Bandung
 Juhaya S. Pradja,1987 filsafat ilmu tentang idealisme Kanisius, Yogyakarta.
 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007 Balai Pustaka, Jakarta,.
 Depdiknas, 2007 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta
 Departemen Agama RI, 1992. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Gema Risalah Press Bandung, Jakarta
 Suseno, Frans Magnis, 1992 Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Kanisius, Yogyakarta.
 Sugiharto, I. Bambang, 1996 Postmodernisme Tantangan bagi Filsafat Kanisius,Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar