Powered By Blogger

Minggu, 02 Januari 2011

makalah filsafat ilmu tentang agama dan kemanusiaan

Bab I
Pendahuluan

1.1 latar belakang masalah
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah sebagai pencipta alam semesta. Allah sendiri yang mencipta dan memerintahkan ciptaan-Nya untuk beribadah kepada-Nya, juga menurunkan panduan agar dapat beribadah dengan benar. Panduan tersebut diturunkan Allah melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, dari Adam AS hingga Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul tersebut hanya menerima Allah sebagai Tuhan mereka dan Islam sebagai panduan kehidupan mereka. Beribadah diartikan secara luas meliputi seluruh hal dalam kehidupan yang ditujukan hanya kepada Allah. Kita meyakini bahwa hanya Islamlah panduan bagi manusia menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Islam telah mengatur berbagai perihal dalam kehidupan manusia. Islam merupakan sistem hidup, bukan sekedar agama yang mengatur ibadah ritual belaka.
Sayangnya, pada saat ini, kebanyakan kaum muslim tidak memahami hal ini. Mereka memahami ajaran Islam sebagaimana para penganut agama lain memahami ajaran agama mereka masing-masing, yakni bahwa ajaran agama hanya berlaku di tempat-tempat ibadah dan dilaksanakan secara ritual, tanpa ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut biasanya disebabkan karena dua hal: Pertama, terjadinya gerakan pembaruan di Eropa yang fikenal sebagai Renaissance dan Humanisme, sebagai reaksi masyarakat yang dikekang oleh kaum gereja pada masa abad pertengahan atau Dark Ages, kaum gereja mendirikan mahkamah inkuisisi yang digunakan untuk menghabisi para ilmuwan, cendikiawan, serta pembaharu. Setelah itu, pada masa Renaissance, masyarakat menilai bahwa Tuhan hanya berkuasa di gereja , sedangkan di luar itu masyarakat dan rajalah yang berkuasa. Paham dikotomis ini kemudian dibawa ke Asia melalui penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa; Kedua, masih adanya ulama-ulama yang jumud, kaku dalam menerapkan syariat-syariat Islam, tidak dapat atau tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Padahal selama tidak melanggar Al-Qur’an dan Hadits, ajaran-ajaran Islam adalah luwes dan dapat selalu mengikuti perkembangan zaman. Akibat kejumudan tersebut, banyak kalangan masyrakat yang merasa takut atau kesulitan dalam menerapkan syariat-syariat Islam dan menilainya tidak aplikatif. Ini membuat masyarakat semakin jauh dari syariat Islam.
Paham dikotomis melalui sekularisme tersebut antara lain dipengaruhi terutama oleh pemikiran August Comte melalui bukunya Course de la Philosophie Positive (1842) mengemukakan bahwa sepanjang sejarah pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap: (1) tahap teologik, (2) tahap metafisik, dan (3) tahap positif; pemikiran tersebut melahirkan filsafat positivisme yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, sebab perkembangan pemikiran manusia tidaklah demikian, seperti pada zaman modern ini (tahap ketiga), manusia masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali kepada spiritualisme.
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
1.2 pembatasan masalah
Agar lebih fokos dan lebih efesien dalam pembahasan ini maka kami membatasi permasalahan ini menjadi bebrapa sub pokok pembahaan yang meliputi: Pengertian agama,ciri-ciri umum agama,agama: arti dan ruang lingkupnya,peran agama dalam negara dan masyarakat,fungsi agama bagi kehidupan ,hubungan manusia dengan agama
1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan “agama dan kemanusiaan ” dapat dirumuskan, sebagai berikut:
1. apa pengertian agama ?
2. Bagaimana hubungan manusia dengan agama?
3. bagaimana peranan agama dalam masyarakat dan negera?


1.4 Tujuan penulisan
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata filsafat ilmu, tapi juga bertujuan diantaranya untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian agama
2. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan agam
3. Untuk mengetahui peranana agama dalam masyarakat dan negera

2 Metode penulisan

dalam pembahasan filsafat ilmu ini saya menggunakan metode analisis deskriftif dari sumber-sumber yang saya peroleh
1.5 Sisematika penulisan

makalah ini di buat 3 bab yang masing-msing bab di lengkapi sub-sub bab dengan sistemaitka sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
perusmusan masalahan, pembatasan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : pembahsan yang menguraikan tentang Pengertian agama,ciri-ciri
umum agama,agama: arti dan ruang lingkupnya,peran agama
dalam negara dan masyarakat,fungsi agama bagi kehidupan
,hubungan manusia dengan agama
Bab III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-
saran


Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Agama
Agama [Sanskerta, a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio [dari religere, Latin] artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.
Ada tiga istilah yang dikenal tentang agama, yaitu: agama, religi dan din.
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Di samping itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan menjelang matinya.
Kata religi–religion dan religio, secara etimologi — menurut Winkler Prins dalam Algemene Encyclopaedie–mungkin sekali berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata religere atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang ber-religi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati-hati, maka dimaksudkan bahwa orang yang ber-religi itu adalah orang yang senantiasa bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.
Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah suatu tata kepercayaan atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada yang Agung tersebut, serta suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama dan religi terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya Yang Agung, 2) tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan, 3) tata kaidah/doktrin, sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur, dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat, 4) tata sikap terhadap dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh (involved) sebagaimana golongan materialisme atau menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan spiritualisme.
Selanjutnya, kata din–secara etimologi–berasal dari bahasa Arab, artinya: patuh dan taat, undang-undang, peraturan dan hari kemudian. Maksudnya, orang yang berdin ialah orang yang patuh dan taat terhadap peraturan dan undang-undang Allah untuk mendapatkan kebahagiaan di hari kemudian.
Oleh karena itu, dalam din terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan terhadap adanya Yang Agung dalam bentuk iman kepada Allah, 2) tata hubungan terhadap Yang Agung tersebut dalam bentuk ibadah kepada Allah, 3) tata kaidah/doktrin yang mengatur tata pengakuan dan tata penyembahan tersebut yang terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi, 4) tata sikap terhadap dunia dalam bentuk taqwa, yakni mempergunakan dunia sebagai jenjang untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
Sedangkan menurut terminologi, din adalah peraturan Tuhan yang membimbing manusia yang berakal dengan kehendaknya sendiri untuk kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan pengertian din tersebut, maka din itu memiliki empat ciri, yaitu: 1) din adalah peraturan Tuhan, 2) din hanya diperuntukkan bagi manusia yang berakal, sesuai hadis Nabi yang berbunyi: al-din huwa al-aqlu la dina liman la aqla lahu, artinya: agama ialah akal tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal, 3) din harus dipeluk atas dasar kehendak sendiri, firman Allah: la ikraha fi al-din, artinya: tidak ada paksaaan untuk memeluk din (agama), 4) din bertujuan rangkap, yakni kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat
Dari sudut sosiologi, agama adalah tindakan-tindakan pada suatu sistem sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu [yang supra natural] dan berfungsi agar dirinya dan masyarakat keselamatan. Agama merupakan suatu sistem sosial yang dipraktekkan masyarakat; sistem sosial yang dibuat manusia [pendiri atau pengajar utama agama] untuk berbhakti dan menyembah Ilahi. Sistem sosial tersebut dipercayai merupakan perintah, hukum, kata-kata yang langsung datang dari Ilahi agar manusia mentaatinya. Perintah dan kata-kata tersebut mempunyai kekuatan Ilahi sehingga dapat difungsikan untuk mencapai atau memperoleh keselamatan [dalam arti seluas-luasnya] secara pribadi dan masyarakat.
Dari sudut kebudayaan, agama adalah salah satu hasil budaya. Artinya, manusia membentuk atau menciptakan agama karena kemajuan dan perkembangan budaya serta peradabannya. Dengan itu, semua bentuk-bentuk penyembahan kepada Ilahi [misalnya nyanyian, pujian, tarian, mantra, dan lain-lain] merupakan unsur-unsur kebudayaan. Dengan demikian, jika manusia mengalami kemajuan, perubahan, pertumbuhan, dan perkembangan kebudayaan, maka agama pun mengalami hal yang sama. Sehingga hal-hal yang berhubungan dengan ritus, nyanyian, cara penyembahan [bahkan ajaran-ajaran] dalam agama-agama perlu diadaptasi sesuai dengan sikon dan perubahan sosio-kultural masyarakat.
Sedangkan kaum agamawan berpendapat bahwa agama diturunkan TUHAN Allah kepada manusia. Artinya, agama berasal dari Allah; Ia menurunkan agama agar manusia menyembah-Nya dengan baik dan benar; ada juga yang berpendapat bahwa agama adalah tindakan manusia untuk menyembah TUHAN Allah yang telah mengasihinya. Dan masih banyak lagi pandangan tentang agama, misalnya,
1. Agama ialah [sikon manusia yang] percaya adanya TUHAN, dewa, Ilahi; dan manusia yang percaya tersebut, menyembah serta berbhakti kepada-Nya, serta melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut
2. Agama adalah cara-cara penyembahan yang dilakukan manusia terhadap sesuatu Yang Dipercayai berkuasa terhadap hidup dan kehidupan serta alam semesta; cara-cara tersebut bervariasi sesuai dengan sikon hidup dan kehidupan masyarakat yang menganutnya atau penganutnya
3. Agama ialah percaya adanya TUHAN Yang Maha Esa dan hukum-hukum-Nya. Hukum-hukum TUHAN tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah orang-orang yang dipilih secara khusus oleh TUHAN sebagai pembawa agama. Agama dan semua peraturan serta hukum-hukum keagamaan diturunkan TUHAN [kepada manusia] untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat
Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi [yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia]; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus [secara pribadi dan bersama] yang ditujukan kepada Ilahi.
Secara khusus, agama adalah tanggapan manusia terhadap penyataan TUHAN Allah. Dalam keterbatasannya, manusia tidak mampu mengenal TUHAN Allah, maka Ia menyatakan Diri-Nya dengan berbagai cara agar mereka mengenal dan menyembah-Nya. Jadi, agama datang dari manusia, bukan TUHAN Allah. Makna yang khusus inilah yang merupakan pemahaman iman Kristen mengenai Agama.
2.2 Ciri-Ciri Umum Agama
Berdasarkan semuanya itu, hal-hal yang patut diperhatikan untuk memahami agama, antara lain
1. Pada setiap agama mempunyai sasaran atau tujuan penyembahan atau Sesuatu Yang Ilahi dan disembah. Ia bisa disebut TUHAN, Allah, God, Dewa, El, Ilah, El-ilah, Lamatu’ak, Debata, Gusti Pangeran, Deo, Theos atau penyebutan lain sesuai dengan konteks dan bahasa masyarakat [bahasa-bahasa rakyat] yang menyembah-Nya. Penyebutan tersebut dilakukan karena manusia percaya bahwa Ia yang disembah adalah Pribadi yang benar-benar ada; kemudian diikuti memberi hormat dan setia kepada-Nya. Jadi, jika ada ratusan komunitas bangsa, suku, dan sub-suku di dunia dengan bahasanya masing-masing, maka nama Ilahi yang mereka sembah pun berbeda satu sama lain. Nama yang berbeda itu pun, biasanya diikuti dengan pencitraan atau penggambaran Yang Ilahi sesuai sikon berpikir manusia yang menyembahnya. Dalam keterbatasan berpikirnya, manusia melakukan pencitraan dan penggambaran Ilahi berupa patung, gambar, bahkan wilayah atau lokasi tertentu yang dipercayai sebagai tempat tinggalJadi, kaum agama tidak bisa mengklaim bahwa mereka paling benar menyebut Ilahi yang disembah. Sehingga nama-nama lain di luarnya adalah bukan Ilahi yang patut disembah dan dipercayai atau diimani.
2. Pada setiap agama ada keterikatan kuat antara yang menyembah [manusia] dan yang disembah atau Ilahi. Ikatan itu menjadikan yang menyembah [manusia, umat] mempunyai keyakinan tentang keberadaan Ilahi. Keyakinan itu dibuktikan dengan berbagai tindakan nyata [misalnya, doa, ibadah, amal, perbuatan baik, moral, dan lain-lain] bahwa ia adalah umat sang Ilahi. Hal itu berlanjut, umat membuktikan bahwa ia atau mereka beragama dengan cara menjalankan ajaran-ajaran agamanya. Ia harus melakukan doa-doa; mampu menaikkan puji-pujian kepada TUHAN yang ia sembah; bersedia melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan perhatian kepada orang lain dengan cara berbuat baik, sedekah, dan lain sebagainya.
3. Pada umumnya, setiap agama ada sumber ajaran utama [yang tertulis maupun tidak tidak tertulis]. Ajaran-ajaran tersebut antara lain: siapa Sang Ilahi yang disembah umat beragama; dunia; manusia; hidup setelah kematian; hubungan antar manusia; kutuk dan berkat; hidup dan kehidupan moral serta hal-hal [dan peraturan-peraturan] etis untuk para penganutnya. Melalui ajaran-ajaran tersebut manusia atau umat beragama mengenal Ilahi sesuai dengan sikonnya sehari-hari; sekaligus mempunyai hubungan yang baik dengan sesama serta lingkungan hidup dan kehidupannya.
4. Ajaran-ajaran agama dan keagamaan tersebut, pada awalnya hanya merupakan uraian atau kalimat-kalimat singkat yang ada pada Kitab Suci. Dalam perkembangan kemudian, para pemimpin agama mengembangkannya menjadi suatu sistem ajaran, yang bisa saja menjadi suatu kerumitan untuk umatnya; dan bukan membawa kemudahan agar umat mudah menyembah Ilahi.
5. Secara tradisionil, umumnya, pada setiap agama mempunyai ciri-ciri spesifik ataupun berbeda dengan yang lain. Misalnya,
• pada setiap agama ada pendiri utama atau pembawa ajaran; Ia bisa saja disebut sebagai nabi atau rasul, guru, ataupun juruselamat
• agama harus mempunyai umat atau pemeluk, yaitu manusia; artinya harus ada manusia yang menganut, mengembangkan, menyebarkan agama
• agama juga mempunyai sumber ajaran, terutama yang tertulis, dan sering disebut Kitab Suci; bahasa Kitab Suci biasanya sesuai bahasa asal sang pendiri atau pembawa utama agama
• agama harus mempunyai waktu tertentu agar umatnya melaksanakan ibadah bersama, ternasuk hari-hari raya keagamaan
• agama perlu mempunyai lokasi atau tempat yang khusus untuk melakukan ibadah; lokasi ini bisa di puncak gunung, lembah, gedung, dan seterusnya
2.3 Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya
Sesuai dengan asal muasal katanya (sansekerta: agama,igama, dan ugama) maka makna agama dapat diutarakan sebagai berikut: agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja; igama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan dengan dewa-dewa; ugama artinya peraturan, tata cara, hubungan antar manusia; yang merupakan perubahan arti pergi menjadi jalan yang juga terdapat dalam pengertian agama lainnya . Bagi orang Eropa, religion hanyalah mengatur hubungan tetap (vertikal) anatar manusia dengan Tuhan saja. Menurut ajaran Islam, istilah din yang tercantum dalam Al-Qur’an mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dirinya sendiri, dan alam lingkungan hidupnya (horisontal).
       •       •                                                •    
3. diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Persamaan istilah agama tidak dapat dijadikan alasan untuk menyebutkan bahwa semua agama adalah sama, karena adanya perbedaan makna atas istilah agama tersebut, yang berbeda atas sistem, ruang lingkupnya, dan klasifikasinya.
Karena agama merupakan kepentingan mutlak setiap orang dan setiap orang terlibat dengan agama yang dipeluknya maka tidaklah mudah untuk membuat suatu defenisi yang mencakup semua agama, namun secara umum dapat didefenisikan sebagai berikut: agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan-Nya melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.

2.4 Peran Agama dalam Negara dan Masyarakat
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa agama merupakan ketentuan ilahi yang menetapkan prinsip-prinsip umum untuk menata urusan-urusan manusia guna mencapai kesejahteraan hidup didunia dan kebahagiaan di akhirat, memberi petunjuk kepada kebaikan, kebenaran dan keindahan, serta menetapkan kedamaian dan ketentraman bagi manusia seluruhnya. Bangsa Indonesia yang berbhineka ini patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah swt., karena telah dapat menyelsaikan suatu problem yang amat serius menyangkut hubungan agama dan negara . Banyak Negara mencoba menyelesaikan problem tersebut dengan mengorbankan agama ketika mereka memilih sekulerisme (paham yang memisahkan agama dan negara), atau mengorbankan kepentingan sebagian anggota masyarakatnya yang majemuk ketika memilih salah satu agama atau paham keagamaan dalam menata kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.Indonesia yang menganut falsafah Pancasila, memberikan posisi yang amat penting bagi semua agama yang dianut masyarakatnya, dan menuntut dari agama dan agamawan peranan yang besar dalam membangun bangsa dan negara, sesuai dengan fungsi agama yang disebut di atas, yaitu “menata urusan manusia guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan diakhirat. Berbicara mengenai agama dan pemerintahan, terlebih dahulu perlu digarisbawahi bahwa agama sangat menekankan perlunya kehadiran pemerintahan demi manata kehidupan masyarakat, bahkan demi terlaksananya ajaran agama itu sendiri. Sedemikian pentingnya persoalan ini, Ibnu Taimiyah, mengemukakan bahwa “Enam puluh tahun di bawah pemerintahan yang zalim lebih baik dari semalam tanpa pemerintahan”. Hal ini dikarenakan tanpa adanya pemerintahan akan terjadi chaos (kekacauan) dalam masyarakat. Agama mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat. Agama memiliki nilai-nilai yang dapat memberi sumbangan dalam segala aspek kehidupan masyarakat, baik aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
Dalam berbagai aspek tersebut, diharapkan;
1. Agama hendaknya menjadi pendorong bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
2. Agama hendaknya memberikan kepada individu dan masyarakat suatu kekuatan
pendorong untuk peningkatan partisipasi dalam karya dan kreasi mereka.
3. Agama dengan nilai-nilainya harus dapat berperan sebagai isolator yang merintangi
seseorang dari segala macam penyimpangan. Indonesia sebagai negara yang tergolong luas
didiami oleh masyarakat yang majemuk, baik dari segi budaya, maupun keyakinan dan
agama. Enam agama besar yang paling banyak dianut di Indonesia, yaitu: agama Islam,

2.5 Fungsi Agama Bagi Kehidupan
Dewasa ini peran agama seakan terlihat berjarak jauh dengan perilaku masyarakat penganutnya, di negara yang dihuni komunitas yangn bisa dikatakan ‘taat’ beragama seperti Indonesia, mengapa tindakan-tindakan negatif lebih dominan mencuat kepermukaan dibandingkan tindakan positif . Seperti halnya saja kasus korupsi tetap saja merajalela bahkan membudaya, ketidakdisiplinan menjadi ‘gaya hidup’ yang sulit dirubah, pengedar dan pemakai narkoba seakan-akan tidak pernah habis diberantas, tidak jerakah atas snaksi hukum yang mengancam, bahkan pada lihat di televisi bermunculan wajah-wajah baru, tidak kenal apapun statusnya, mulai dari preman, ibu rumahtangga, kalangan artis hingga kakek yang sudah berusia senja yang seharusnya pada usia seperti itu memperbanyak amal sebagai bekal diakhirat nanti.
Karena makin meningkatnya kasus negatif, nampaknya media elektronik juga menjadikan sebuah “tindakan negatif” sebagai sebuah program khusus dalam pemberitaan karena lebih menjual dan menarik perhatian para penonton, berita mengenai kriminal merupakan informasi yang bisa terjadi kapan saja dimana saja, selama masih ada niat, waktu dan kondisi yang tepat bagi sipelaku untuk melakukan aksinya.

Kita lihat pada saluran televisi swasta nasional kita, ada sebuah program berita yang khsus menyiarkan kasus-kasus kriminal saja, dari durasi awal sampai akhir, mulai kasus pelecehan seksual hingga pembunuhan dengan sadis pemotongan mayar seorang manusia (kanibal) yang tidak berprikemanusian. Pemicunya terkadang hanya maslah sepele yaknitidakbisa mengontrol rasa cemburu yang berlebih, akhirnya terbesit bisikan setan untuk menghabisi nyawa pasangannya dengan berbagai cara, setelah membunuh, sipelaku tersadar apa yang telah diperbuatnya, karena tidak ingin dipenjara maka sipelku bingung bagaimana menghilangkan jejak, kemudian membuang mayat tersebut ke sungai yang sebelumnya dipotong-potong terlebih dahulu supaya biladitemukan warga mayatnya tidak dapat dikenali, tapi dengan berjalannya waktu perbuatan jahat pasti akan dicurigai dan terungkap siapa pelaku sebenarnya karena tim penyidik sudah semakin profesonal, lihat saja pada kasus ryan di Jombang, Jawa Timur yang sudah membunuh belasan nyawa pada akhirnya juga terungkap, sepintar-pintarnya monyet meloncat pasti akan jatuh jua.
Oleh karena itu sekian banyak masalah kriminal yang kita saksikan dimasyarakat mar kita memahami apa selebarnya yang kurang dalam hidup ini, intinya adalah mari kita lebih mendekatkan diri pada Allah SWT dan menjalankan ajaran agama dengan sebaik-baiknyadan memahami apa peran dan fungsi agama tersebut dalam kehidupan.
Dalam bahasa Indonesia agama berasal dari bahasa Sansakerta yang artinya tidak kacau, diambil dari dua sukus kara a berarti tidak dan gama berarti kacau. Secara lengkap agama ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau. Menurut maknanya, kara agama dapat disamakan dengan kata relegion (Inggris), relegie (belanda), dan dalam bahasa Arab dengan kata “Dien”.
Kita dapat merasakan atau melihat dengan jelas siapapun orangnya apabila menjalankan ibadah keagamaan dengan sebenarnya-sebenarnya dengan penuh keyakinan maka segala perbuatan yang berbau negatif pasti akan dihindarinya. Adapun fungsi agama dalam kehidupan, mencakup beberapa hal yaitu :
Sebagai penyidik : Yakni dalam agama mengajarkan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mengerjakan yang baik meninggalkan yang buruk, amar ma’ruf nahi munkar.

Sebegai penyelamat : Yakni agama juga sebagai penyelamat bagi manusia baik di dunia maupun di akhierat, di dunia terhindar dari melakukan perbuatan maksiat sedangkan di akherat jaminan surga atas amal ibadah yang telah dilakukan sejak berada di dunia.
Menjadi meditasi konflik dimasyarakat : yakni agama sebagai media pemersatu ummat dalam menyelesaikan suatu konflik yang dihadapi masyarakat.
Kontrol sosial : Agama juga menjadi kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dapat berjalan dnegan semestinya, adil dan penuh tanggung jawab.

Serta agama menjadi pemupuk tali solidaritas : yakni saling berbagai, menjaga bersilaturahmi, perekat persaudaraan sesama ummat manusia. Oleh karena itu dalam menjalankan aturan-aturan agama seperti apa yan telah diajarkan Nabi SAW banyak memberi manfaat bagi ummat sebagai pengikutnya.
Dalam agama Islam, Allah telah memberikan kita kitab suci Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi kehidupan spritual atas kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Allah telah menyatakan dengan jelas dalam Al-Qur’an bahwa kitab suci ini lengkap, sepempurna dan terperinci dan bahwa apapun yang ingin kita ketahui atau yang ingin kita capai dalam hidup, dapat ditemukan di dalamnya, membacanya menjadi penenang dalam hati serta penerang terhadap permasalahan yang kita hadapi seberat apapun masalah yang dialami akan terasa ringan jika kembali dan menghayatiu isi kandungan Al-Qur’an.

Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah:
• Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya memberi penerangan kepada dunia(secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah(s.w.t) dan setiap manusia harus menaati Allah(s.w.t).
• Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
• Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
• Memainkan fungsi peranan sosial.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yan g wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
2.6 Hubungan Manusia dengan Agama
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah sebagai pencipta alam semesta. Allah sendiri yang mencipta dan memerintahkan ciptaan-Nya untuk beribadah kepada-Nya, juga menurunkan panduan agar dapat beribadah dengan benar. Panduan tersebut diturunkan Allah melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, dari Adam AS hingga Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul tersebut hanya menerima Allah sebagai Tuhan mereka dan Islam sebagai panduan kehidupan mereka. Beribadah diartikan secara luas meliputi seluruh hal dalam kehidupan yang ditujukan hanya kepada Allah. Kita meyakini bahwa hanya Islamlah panduan bagi manusia menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Islam telah mengatur berbagai perihal dalam kehidupan manusia. Islam merupakan sistem hidup, bukan sekedar agama yang mengatur ibadah ritual belaka.
Sayangnya, pada saat ini, kebanyakan kaum muslim tidak memahami hal ini. Mereka memahami ajaran Islam sebagaimana para penganut agama lain memahami ajaran agama mereka masing-masing, yakni bahwa ajaran agama hanya berlaku di tempat-tempat ibadah dan dilaksanakan secara ritual, tanpa ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut biasanya disebabkan karena dua hal: Pertama, terjadinya gerakan pembaruan di Eropa yang fikenal sebagai Renaissance dan Humanisme, sebagai reaksi masyarakat yang dikekang oleh kaum gereja pada masa abad pertengahan atau Dark Ages, kaum gereja mendirikan mahkamah inkuisisi yang digunakan untuk menghabisi para ilmuwan, cendikiawan, serta pembaharu. Setelah itu, pada masa Renaissance, masyarakat menilai bahwa Tuhan hanya berkuasa di gereja , sedangkan di luar itu masyarakat dan rajalah yang berkuasa. Paham dikotomis ini kemudian dibawa ke Asia melalui penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa; Kedua, masih adanya ulama-ulama yang jumud, kaku dalam menerapkan syariat-syariat Islam, tidak dapat atau tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Padahal selama tidak melanggar Al-Qur’an dan Hadits, ajaran-ajaran Islam adalah luwes dan dapat selalu mengikuti perkembangan zaman. Akibat kejumudan tersebut, banyak kalangan masyrakat yang merasa takut atau kesulitan dalam menerapkan syariat-syariat Islam dan menilainya tidak aplikatif. Ini membuat masyarakat semakin jauh dari syariat Islam.
Paham dikotomis melalui sekularisme tersebut antara lain dipengaruhi terutama oleh pemikiran August Comte melalui bukunya Course de la Philosophie Positive (1842) mengemukakan bahwa sepanjang sejarah pemikiran manusia berkembang melalui tiga tahap: (1) tahap teologik, (2) tahap metafisik, dan (3) tahap positif; pemikiran tersebut melahirkan filsafat positivisme yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, sebab perkembangan pemikiran manusia tidaklah demikian, seperti pada zaman modern ini (tahap ketiga), manusia masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali kepada spiritualisme.
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan mengutamakan ilmu dan akal manusia semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, kini perhatian manusia kembali kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) harapan manusia pada otak manusia untuk memecahkan segala masalah di masa lalu tidak terwujud.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa manusia pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar berpengaruh pada kehidupan manusia secara keseluruhan. Sehingga untuk dapat mengendalikan hal tersebut diperlukan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

Bab III
Penutup

3.1 simpulan

Agama [Sanskerta, a = tidak; gama = kacau] artinya tidak kacau; atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu. Religio [dari religere, Latin] artinya mengembalikan ikatan, memperhatikan dengan saksama; jadi agama adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau memulihkan hubungannya dengan Ilahi.
Ciri-Ciri Umum Agama
Berdasarkan semuanya itu, hal-hal yang patut diperhatikan untuk memahami agama, antara lain
6. Pada setiap agama mempunyai sasaran atau tujuan penyembahan atau Sesuatu Yang Ilahi dan disembah.
Pada setiap agama ada keterikatan kuat antara yang menyembah [manusia] dan yang disembah atau Ilahi.
Pada umumnya, setiap agama ada sumber ajaran utama [yang tertulis maupun tidak tidak tertulis].
Ajaran-ajaran agama dan keagamaan tersebut, pada awalnya hanya merupakan uraian atau kalimat-kalimat singkat yang ada pada Kitab Suci.
7. Secara tradisionil, umumnya, pada setiap agama mempunyai ciri-ciri spesifik ataupun berbeda dengan yang lain. Misalnya,
• pada setiap agama ada pendiri utama atau pembawa ajaran; Ia bisa saja disebut sebagai nabi atau rasul, guru, ataupun juruselamat
• agama harus mempunyai umat atau pemeluk, yaitu manusia; artinya harus ada manusia yang menganut, mengembangkan, menyebarkan agama
• agama juga mempunyai sumber ajaran, terutama yang tertulis, dan sering disebut Kitab Suci; bahasa Kitab Suci biasanya sesuai bahasa asal sang pendiri atau pembawa utama agama
• agama harus mempunyai waktu tertentu agar umatnya melaksanakan ibadah bersama, ternasuk hari-hari raya keagamaan
• agama perlu mempunyai lokasi atau tempat yang khusus untuk melakukan ibadah; lokasi ini bisa di puncak gunung, lembah, gedung, dan seterusnya
Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya
Sesuai dengan asal muasal katanya (sansekerta: agama,igama, dan ugama) maka makna agama dapat diutarakan sebagai berikut: agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan raja; igama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan dengan dewa-dewa
Peran Agama dalam Negara dan Masyarakat
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa agama merupakan ketentuan ilahi yang menetapkan prinsip-prinsip umum untuk menata urusan-urusan manusia guna mencapai kesejahteraan hidup didunia dan kebahagiaan di akhirat, memberi petunjuk kepada kebaikan, kebenaran dan keindahan, serta menetapkan kedamaian dan ketentraman bagi manusia seluruhnya.
Fungsi Agama Bagi Kehidupan
Dewasa ini peran agama seakan terlihat berjarak jauh dengan perilaku masyarakat penganutnya, di negara yang dihuni komunitas yangn bisa dikatakan ‘taat’ beragama seperti Indonesia, mengapa tindakan-tindakan negatif lebih dominan mencuat kepermukaan dibandingkan tindakan positif.
Hubungan Manusia dengan Agama
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah sebagai pencipta alam semesta. Allah sendiri yang mencipta dan memerintahkan ciptaan-Nya untuk beribadah kepada-Nya, juga menurunkan panduan agar dapat beribadah dengan benar. Panduan tersebut diturunkan Allah melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, dari Adam AS hingga Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul tersebut hanya menerima Allah sebagai Tuhan mereka dan Islam sebagai panduan kehidupan mereka.

3.2 saran
agama merupakan tiang menuju kepada kebenaran yang di miliki Oleh sang pencipta, segaligus alat untuk sebuah pengakuan terhadap tuhanya. maka seyogyanya bagi para pembaca yang budiman untuk mengkaji tentang agama dan kemanusiaan ini lebih luas lagi, dengan beberapa referensi yang relevan untuk menambah khazanah ilmu para pembaca.













Daftar pustaka



 Hartono, rudi, 2001 “logika dan agama dalam filsafat”, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta.
 Jaka.A 1997” agama dan fungsinya bagi manusia”Pustaka Setia : Bandung
 Mutjipto, K , 1996 “agama dan ruang lingkupnya”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
 Munandar,A 1995 “solusi agama dan keyakinan”, Pusyaka amani : Bandung
 Sujiono, M,2003 “manusia,agama dan alam” Tiara Wacana, Yogjakarta



























Kata Pengantar

Segala puji bagi allah tuhan semesta alam yang telah memberi seluruh makhluknya dari yang terkecil mulai yang terbesar, terutama nikmat sehat wal afiat ditambah lagi dengan nikmat islam. Syukur alhamdulilah kami ucapkan sebanyak-banyaknya kepada Allah karena berkat inayah dan pertolongannya kami aya dapat menyelesaikan tugas filsafat ilmu yang berjudul agama dan kemanusiaan ini,
Salawat beserta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, dialah Nabi yang membawa umatnya dari jaman jahiliyah kejaman keemasan islam dengan penuh ilmu pengetahuan yang arif dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Secara garis besar makalah filsafat ilmu yang saya susun ini yang berkenaan dengan judul yang saya usung yaitu agama dan kemanusiaan membahas tentang Pengertian agama,ciri-ciri umum agama,agama: arti dan ruang lingkupnya,peran agama dalam negara dan masyarakat,fungsi agama bagi kehidupan ,hubungan manusia dengan agama

Besar harapan saya agar makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembahasan metafisika.
segala tegur sapa, berupa kritik dan saranya saya sangat mengharapkan dari pembaca untuk kemajuan kami dalam membuat makalah dimasa yang akan datang


Pandeglang 30 November 2010
Hormat saya


Penyusun
DAFTAR ISI
Penghantar…………………………………………………..…..…….. i
Daftar Isi………………………………………………………...……. ii

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................ 1
1.2 Pembatasan Maslah .............................................................. 3
1.3 Rumusan Masalah................................................................. 3
1.4 Maksud dan Tujuan.............................................................. 4
1.5 Sistematika Penulisan........................................................... 4
1.6 Metodologi Penulisan .......................................................... 4


Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Agama............................................................ 5
2.2 Ciri-Ciri Umum Agama................................................... 10
2.3 Agama: Arti dan Ruang Lingkupnya............................... 12
2,4 Peran Agama dalam Negara dan Masyarakat...................... 14
2.5 Fungsi Agama Bagi Kehidupan ...................................... 16
2.6 Hubungan Manusia dengan Agama................................. 21

Bab III
Penutup
3.1 simpulan ................................................................................. 24
3.2 saran........................................................................................ 26

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar