Powered By Blogger

Jumat, 05 November 2010

makalah filsafat ilmu tentang cakupan dan permasalahan filsafat ilmu

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya , setiap ilmu memiliki dua macam objek , yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,seperti tubuh manusia adalah objek material ilmu kedokteran.
Filsafat sebagai proses berpikir yang sistematis dan radil juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam empiris,yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan adapun, objek formal,dan rasional adalah sudut pandang yang menyeluruh,radikal,dan rasional tentang segala yang ada.setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakain bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang peraktis.inilah peruses terbentuknya ilmu secara bersenambungan .Will Durant mengibaratkan filsafat bagaikan pasukan mariner yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Karena itu, filsafat oleh para filosofi disebut sebagai induk ilmu. Sebab,dari filsafat lah, ilmu-ilmu moderen dan konten pontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan sekaligus buahnya,yaitu teknologi.
Dalam taraf peralihan ini filsafat tidak mencakup keseluruhan,tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya, filsafat agama, filsafat hokum, dan filsafat ilmu adalah bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu.
Tugas filsafat di antaranya adalah menyatukan visi keilmuan itu sendiri agar tidak terjadi bentrokan antara berbagi kepentingan. Filsafat sepatutnya mengukuti alur filsafat, yaitu objek material yang didekati lewat pendekatan radiakal, menyeluruh dan rasional dan begitu juga sifat pendekatan spekulatif dalm filsafat sepatutnya merupakan bagian dari ilmu

B. Pembatasan Maslah
Agar lebih fokos dan lebih efesien dalam pembahasan ini maka kami membatasi permasalahan ini menjadi bebrapa sub pokok pembahaan yang meliputi: pengertian filsafat, objek dan studi filsafat, bidang kajian filsafat,
C. Perumusan Masalah
dari uraian yang telah dipaparkan sepintas maka dapat dirumuskan rumusan malalah sebagai berikut diantaranya:
1. Apakah yang menjadi problem-problem filsafat ilmu?
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya problem tersebut?
3. Kapan terjadinya perbedaan pandangan dari para philosop?
D. Tujuanpenulisan
adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui permaslaan dalam filsafat ilmu
2. untuk mengetahui bagaimana cara pendektan filsafat ilmu?

E. Metodologi Penulisan
dalam pembahasan filsafat ilmu ini kami menggunakan metode analisis deskriftif dari sumber-sumber yang kami peroleh
F. Sistematika Penulisan
makalah ini di buat 3 bab yang masing-msing bab di lengkapi sub-sub bab dengan sistemaitka sebagai berikut:
bab I : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,
perusmusan masalahan, pembatasan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
bab II : pembahsan yang menguraikan tentang pengertian filsafat,
objek dan studi filsafat, bidang kajian filsafat
Bab III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-
saran








BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN FILSAFAT
1. Arti Istilah dan Rumusan Filsafat
Istilah filsafat bisa dilacak etimologinya dari istilah Arab falsafah, atau bahasa Inggris Philosophy yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia yang terbentuk dari dua akar kata : philen (mencintai) dan sophos (bijaksana), atau juga philos (teman) dan Sophia (kebijaksanaan). Jadi filsafat adlah cinta akan kebijaksanaan.
Secara terminologis, penulis menggunakan definisi filsafat sebagai berikut :
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran / perenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di balik kenyataan/ teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.
2. Objek Studi dan Metode Filsafat
Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” itu sendiri dapat dipilah dalam tiga kategori : tipikal/ sungguh-sungguh ada dalam kenyataan, ada dalam kemungkinana, ada dalam pikran atau konsep. Objek formal filsafat adalah hakikat terdalam / substansi/ esensi/ intisari.

3. Bidang Kajian Filsafat
a. Ontologi,
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
• yang-ada (being)
• kenyataan/realitas (reality)
• eksistensi (existence)
• esensi (essence)
• substansi (substance)
• perubahan (change)
• tunggal (one)
• jamak (many)
Ontologi adalah hakikat yang Ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran.

b. Epistimologi,
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi menjadi sebuah kajian, sebenarnya, belum terlalu lama, yaitu sejak tiga abad yang lalu dan berkembang di dunia barat. Sementara di dunia Islam kajian tentang ini sebagai sebuah ilmu tersendiri belum populer. Belakangan beberapa pemikir dan filusuf Islam menuliskan buku tentang epistemologi secara khusus seperti, Mutahhari dengan bukunya “Syinakht”, Muhammad Baqir Shadr dengan “Falsafatuna”-nya, Jawad Amuli dengan “Nadzariyyah al Ma’rifah”-nya dan Ja’far Subhani dengan “Nadzariyyah al Ma’rifah”-nya. Sebelumnya, pembahasan tentang epistemologi di bahas di sela-sela buku-buku filsafat klasik dan mantiq.
Sumber pengetahuan :
Filsafat Muslim membagi epistemologi berdasarkan objeknya menjadi 2 bagian yakni :
1. Khuduri : Hadirnya sesuatu ke dalam dirinya sendiri, contoh : lapar, sedih, dll
2. Khusuli : Hadirnya sesuatu dari luar dirinya sendiri (harus ada bendanya terlebih dahulu), contoh : Melihat bentuk gunung, dsb
Epistemologi berdasarkan subjeknya terbagi menjadi :
1. Akal
2. Panca Indera
3. Konsepsi (Gambaran tentang sesuatu yang apa adanya)
4. Imajinasi (Konsep benda yang tidak berhubungan dengan benda yang dituju )
c. Aksiologi
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral.
Terdapat 2 faham pendukung yakni :
1. Absolutisme
2. Relativisme
Nilai-nilai kebenaran :
1. Universal
2. Argumentatif
3. Rasional
4. Manusiawi





4. Cabang-Cabang Filsafat
a. Metafisika
studi tentanag sifat yang terdalam dari kenyataan / keberadaan. Persoalan-persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga yaitu persoalan ontologism, persoalan kosmologis, dan persoalan antropologis.
b. Epistemologi
Berarti ilmu tentang pengetahuan, mempelajari asala muasal / sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan, yang kesemuanya bisa dikembalikan untuk menjawab pertanyaan : “Apa yang dapat saya ketahui?”.
c. Logika
Berarti ilmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus.
d. Etika (Filsafat Moral)
Objek material etika adalah perbuatan atau perilaku manusia secara sadar dan bebas.
e. Estetika (Filsafat Keindahan)
Merupakan kajian filsafat tentang keindahan.





II. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
1. Arti Istilah Definisi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia ( The Liang Gie, 2004:61)
2. Cakupan dan Permasalahan Filsafat Ilmu
Menurut John Loss filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi yaitu:
1. Berusaha menyusun padangan-pandangan dunia sesuai atau berdasarkan toeri-teori ilmiah yang penting.
2. Memaparkan praanggapan dan kecenderungan paera ilmuwan
3. Sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan teori dari ilmu.
4. Sebagai pengetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.
Enam problem atau permasalahan mendasar :
a. problem-problem epistimologi tentang ilmu
b. problem-problem metafisis tentang ilmu
c. problem-problem metodologis tentang ilmu
d. problem-problem logis tentang ilmu
e. problem-problem etis tentang ilmu
f. problem-problem estetis tentang ilmu
1. Problem Epistemologi dan metodolog
Di tengah maraknya kemajuan technoscience yang sangat spektakuler masalah landasan epistemology dalam metodologis mempunyai kedudukan yang sentral dan strategis. Auguste Comte dan Karl Raimund Popper adalah dua sosok filsuf besar. Auguste hidup pada di abad ke-19 mengalami langsung revolusi Prancis dengan segala akibatnya positivisme merupakan aliran produk pemikirannya kemudian diabad ke-20 dikembangkan oleh kelompok Wina dengan aliran Neo-Positifime.
Sedangkan Popper ialah filsuf konteporer. Falsifikasionisme merupakan aliran yang dilahirnya sebagai jawaban atas problem-problem epistemology, filsafat, ilmu, sosial, politik sejarah dan metodologi.
Dan yang menjadi problem /permasalahannya disini ialah masalah perolehan pengetahuan yang selanjutnya melahirkan aliran rasionalisme dan empirisme yang pada gilirannya melahirkan aliran kritisme sebagai alternatif dan solusi terhadap pertikaian dari dua aliran tersebut. Popper tampil diantara pertikaian tersebut dengan aliran falsifikasionisme yang bertumpu diatas landasan epistemology rasionalisme kritis dan empirisme-kritis.
Pendekatan hubungan antara epistemology dengan metodologi tanpa bila dikaitkan dengan pandangan protaguras. Yang menyatakan bahwa “didalam segala hal manusia adalah menjadi tokoh ulur”. Epistemology oleh Popper dianggap sebagai teori ilmu pengetahuan dan metodologi akan menentukan proses dan produk ilmiah konflik metodologi akan tampak bila dikaitkan dengan jenis ilmu yakni natural-sciences, ilmu sosial, ilmu budaya, dan lain-lain. Persoalannya adalah apakah ilmu-ilmu sosial, budaya dapat menggunakan metode yang dipakai oleh ilmu pengetahuan alam.
a) Latar Belakang Pemikiran Karl Raimund Popper Dan Auguste Comte
Latar belakang pemikiran Augustus ialah dipengaruhi oleh terjadinya perang revolusi Prancis pada abad ke-19 yang dimana ia mengalaminya secara langsung akibat-akibat dari revolusi tersebut. Terutama bidang-bidang sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Pengalaman pahit yang dialaminya ini memotivasi dirinya untuk memberikan alternatif dan solusi ilmiah filosofis.
Berbeda dengan Popper yang hidup diabad ke-20 yakni abad yang diawali oleh konflik sosial secara terbuka yaitu dengan terjadinya perang 1 dan 2. Namun dilihat dari sudut pendidikan Popper lebih beruntung dibanding Auguste, karena ia dapat mencapai jenjang tertinggi yakni Doktor dibanding filsafat. Namun keduanya mempunyai kesukaan ilmu yang sama yakni MAT dan Fisika teoritis, hanya saja Popper lebih menguasai secara mendalam ilmu pengetahuan alam modern.
b) Falsifikasionisme Dan Positivisme
Dasar pemikaran Auguste diperoleh secara inspiratif dan Saint Simon, Charles Darwin. Kata rasional bagi Auguste terkait dengan masalah yang bersifat emperik dan positif yakni bpengetahuan yang diperoleh melalui observasi, ekpermentas komparasi, generalisasi karena itu maka bagi positifisme tuntutan utama adalah pengetahuan factual yang dialami oleh subjek dan disini metode yang di gunakan ialah “indukatif-verifikatif.
Sementara Popper berpandangan bahwa rasion identik dengan kata intelektual yang tidak bertentangan dengan irrasionalisme tetapi bertentangan dengan empirisme, karena itu dalam arti luas Rasionalisme mencakup intelektual dan empirisme. Bentuk metodologi yang ia pakai ialah “deduktif-falsifikatif dengan realisasi metodologinya”.
Menurut pandangan Popper Relatifisme sama sekali tidak mengakui bahwa manusia mampu menangkap dan menyimpan kebenaran. Namun bagi manusia, kebenaran selalu bersifat sementara karena selalu harus dihadapkan dengan pengujian. Ada sesuatu yang ada dalam pemikiran Popper yakni adanya campakan terhadap metafisika, justru ia mengakui kebenaran metafisika. Namun hal ini ditentang oleh Auguste yang beranggapan bahwa metafisika sebagai omong -kosong.
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang menunjukkan kekuatan kelemahan pemikiran kedua filsus tersebut,diantaranya latar belakang filsafat di mana mereka hidup yakni akibat dari revolusi Prancis dan perang dunia petama dan kedua menumbuhkan pemkiran mereka yang orisinal dan aktual sekaligus petunjuk kekuatan berfikir mereka
Sedangkan kelemahannya terbentuk pada teradisi berpikir filosof dimana setiap alternatif dan sosial yang timbul setiap problem selalu menibulkan problem yang baru .maka positifisme dan faksifikasionalisme merupakan karya berfikir menumental orisinal dan actual kedau filsuf tersebut.
Kemampuan Popper memunculkan problem dan kebenaran tentative sebagai esensi-subtansial dalam dunia kefilsafatan dan keilmuan menunjukkan kekuatan berfikirnya sekaligus kelemahannya yakni membuatnya terjebak dalam dunia Relativisme dan begitu juga dengan Auguste Comte.
2. Problem-problen Etika Ilmu Pengetahuan
Problem etika ilmu pengetahuan disini yakni menyangkut bagaimana penerapan dari pada ilmu pengetahuan dan teknologi apa yang seharusnya dikerjakan/tidak dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan dan martabat manusia. Dan disinilah tanggung jawab etis bagi penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi karena kedua hal tersebut mempunyai pengaruh pada proses perkembangan.
3. Problem-problem etis tentang ilmu
Adapun persoalan atau problem dalam estetis ini antara lain:
- Pengertian dari estetika
- Munculnya teori-teori tentang estetika
- Munculnya bagian-bagian baru dalam estetika

a. Pengertian Estetika
Dalam memberikan pengetian yang tepat tentang estetika disini memunculkan masalah atau problem-problem dari pada filsuf, kerena mempunyai pendapat dan pandangan yang berbeda. Bahkan perbandingan ini sudah sangat lama menjadi suatu masalah yang memberikan jawaban-jawaban yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan dari berlainannya sasaran yang dikemukakan.
Selain persoalan atau problem-problem diatas, masalah lain yang menjadi problem dalam filsafat ilmu adalah munculnya sikap-sikap pro dan kontra dari para tokoh-tokoh terkemuka tarhadap ahli-ahli filusufi. Dan salah satu contohnya disini adalah sikap pro dan kontra yang muncul dari tokoh-tokoh terhadap imam Al-Ghozali. Memang mayoritas umat islam telah terbawa hanyaut oleh pandangan bahwa al-gazali sebagai hujjatul islam. Namun sekarang al-gazali telah muncul tokoh-tokoh yang telah mengkritik terhadap imam Al-Gazali antaranya :
- Al-Alamah Abu Bakar at-Therthurusyi Almasik
- Imam Abu Abdullah Al-Mazali al-Maliki
- Imam Taqiyyuddin Ibnu Shalab
Masing-masing dari mereka mempunyai pandangan yang berbeda tentang
Imam Al-Ghazali.

Ke-6 problem filsafat ilmu versi The Liang Gie diatas memiliki keluasan dan kedalaman yang mandiri, namun di kalangan pembelajar filsafat ilmu, pemilahan problem-problem filsafat ilmu lebih diperas lagi kedalam tiga permasalahan : ontologi, epistemologi dan aksiologi.
1.Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata
lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Dasar ontologis berhubungan dengan materi yang menjadi objek penelaahan ilmu. Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya, dapat disebut pengetahuan empiris, karena objeknya adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia yang mencakup seluruh aspek-aspek kehidupan yang diuji pancaindera manusia. Persolan-persoalan yang dibahas antara lain : objek apa yang ditelaah ilmu? Apa asumsi ilmu terhadap objek material dan formal suatu ilmu, dan apakah objek tersebut bersifat psikis ataukah fisis? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, mengindera) yang membuahkan pengetahuan? (Jujun, 2002: 34).
1.Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat
dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Epistemologi adalah suatu teori pengetahuan. Kaitannya dengan filsafat ilmu, logika dan metodologi berperan penting. Dalam epistemologi yang dibahas adalah objek pengetahuan, sumber dan alat untuk memperoleh pengetahuan, kesadaran dan metode, validitas pengetahuan, dan kebenaran. Epistemologi berkaitan pemilahan dan kesesuaian antara realisme atas pengetahuan tentang proposisi, konsep-konsep, kepercayaan dengan realisme tentang objek yang tersusun atas “objek real”, fenomena, pengalaman, data indera dan sebagainya (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001: 90). Logika dalam arti landasan epistemologis ini berkisar pada persoalan penyimpulan yakni proses penalaran guna mendapat pengertian baru dari satu atau lebih proposisi yang diterima sebagai benar, dan kebenaran dari kesimpulan itu diyakini terkandung dalam kebenaran proposisi yang belakang. Penyimpulan ini dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang sah. Penyelidikan mengenai “cara-cara memperoleh pengetahuan ilmiah: bersangkutan dengan susunan logik dan metodologik, urutan serta
hubungan antara berbagai langakah dalam penyelidikan ilmiah. Dalam hal metodologi, filsafat ilmu mempersoalkan azas-azas serta alasan apa yang menyebabkan ilmu dapat memperoleh predikat “pengetahuan ilmiah”. Fungsi metodologi adalah menguji metode yang digunakan untuk menhasilkan pengetahuan yang valid, dengan cara meletakkan prosedur yang dijustifikasi maknanya dengan argument filosofis. Metodologi meletakkan aturan bagi proseur praktek ilmu. Metodologi adalah praktek ilmu filsafat dan ilmu-ilmu adalah realisasi dari metodologi (Barry Hindes, dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001: 54-55). Persoalan- persoalan yang dibahas antara lain : Bagaimana proses memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apakah yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah ktiterianya? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Jujun, 2002: 34).
2.Dasar aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia
dari pengetahuan yang didapatkannya. Tidak dipungkiri bahwa ilmu telah memberikan kemudaan-kemudahan bagi manusia dalam mengendalikan kekuatan-kekuatan alam. Permasalahan aksiologi terkait hakikat ilmu itu sendiri, yakni tentang netralitas ilmu dalam hubungannya dengan penerapan praktis ilmu di masyarakat (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001: 90-91). Etika dan juga estetika merupakan aspek penting dalam bahasan aksiologi ilmu yang terkait dengan tujuan dan tanggung jawab ilmu terhadap masyarakat. Etika mengarahkan ilmu agar dapat menguntungkan dan tidak mencelakakan manusia (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2001: 55). Sedangkan estetika terkait pencarian ilmu terhadap keindahan tersembunyi dari dunia (The Liang Gie, 2000: 84). Persoalan- persoalan yang dibahas antara lain: Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral dan keteraturan? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral dan estesis? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ professional? (Jujun, 2002: 35).
Ketiga aspek tersebut merupakan faktor-faktor yang melekat dalam keberadaan ilmu pengetahuan, berkaitan satu sama lain dan tak terpisahkan. Ketiga aspek merupakan dasar bagi eksistensi ilmu (Heri dan Listiyono, 2003: 11). Tiga aspek disebutkan sebagai landasan penelaahan ilmu pengetahuan yang seperti apa yang dikatakan Jujun S. Suriasumantri (2002: 35), menjadi pembeda antara pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan yang lain (seni, agama, filsafat). Suatu ilmu sah dibenarkan sebagai ilmu apabila memiliki sifat atau ciri- ciri sebagai berikut :
1. Memiliki objek atau pokok soal, yakni sasaran dan titik pusat perhatian tertentu.
2.Bermetode, yakni cara atau sistem dalam ilmu untuk memperoleh kebenaran agar rasional, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3.Bersistem : mencakup seluruh objek serta aspek-aspeknya sehingga saling berkaitan satu sama lain.
4.Universal : keputusan kebenarannya berorientasi sifat keumuman, bukan tunggal (Peodjawijatna, 1991: 24-26).
5.Verifikatif : dapat dilacak kebenarannya.
6.Rasional/ objektif : dapat dipahami dengan akal.
Filsafat ilmu pada dasarnya menuntut jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan berikut :
1.Karakteristik-karakteristik apa yang membedakan penyelidikan ilmiah dari penyelidikan orang lain?
2. Prosedur yang bagaimana yang patut diikuti para ilmuwan dalam menyelidiki alam?
3. Kondisi yang bagaimana yang harus dicapai bagi suatu penjelasan ilmiah
agar menjadi benar?
4. Status kognitif yang bagaimana dari prinsip-prinsip dan hokum-hukum
ilmiah? (Conny, dkk, 1998: 44)


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Istilah filsafat bisa dilacak etimologinya dari istilah Arab falsafah, atau bahasa Inggris Philosophy yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia yang terbentuk dari dua akar kata : philen (mencintai) dan sophos (bijaksana), atau juga philos (teman) dan Sophia (ke Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran / perenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di balik kenyataan/ teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.bijaksanaan). Jadi filsafat adlah cinta akan kebijaksanaan.
 Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” itu sendiri dapat dipilah dalam tiga kategori : tipikal/ sungguh-sungguh ada dalam kenyataan, ada dalam kemungkinana, ada dalam pikran atau konsep.
 Objek formal filsafat adalah hakikat terdalam / substansi/ esensi/ intisari.
Problem-Problem Filsafat Ilmu
Problem menurut definisi A Cornelius Bejamin ialah “sutu-situasi praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai dan yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses refleksi”.
Banyak sekali pendapat para filsafat ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat sebagai berikut.
1. Dari Michel Berry
Filsafat penulis ini mengemukakan dua problem yaitu:
a. Bagaimana kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah (misal: ciri genetic atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dunia alamiah diluar pikiran kita?
b. Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil imliah adalah benar berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
2. Dari B. Van Mrasen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli problem-problem utama dalam filsafat ilmu adalah:
a. Metodologi
Yang membicarakan tentang sifat dasar dari penjelasan ilmiah (scientific explanation), logika penemuan (logic discovery), teori probabilita (probability theory), dan teori pengukuran (theory of measurement).
b. Landasan Ilmu-ilmu
Dengan melakukan suatu penelitian untuk mencapai suatu tujuan misalnya menggunakan landasan matematik.
c. Ontologi
Permasalahan utama yang diperbandingkan adalah konsep-konsep subtansi, proses, waktu, ruang kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis.
3. Dari Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a. Struktu ilmu yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah
b. Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
4. Dari JJC Smart
Filsuf ini mengemukakan dua persoalan yaitu:
a. Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah.
b. Perbincangan filsafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.
5. Dari Philip Wiener
Menurut beliau para filsuf ilmu dewasa ini membahas problema-problema yang menyangkut:
a. Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu
b. Saling hubungan diantara ilmu
c. Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnyadari peradaban, yaitu: kesusilaan, politik, seni dan agama.
Rincian aneka ragam dari jenis problem-problem dalam lingkungan filsafat ilmu dari para filsuf tampak masih agak simpang siur. Segenap problem ini perlu kiranya dipilah-pilahkan dan disusun menjadi suatu kebulatan yang lebih sistematis.
Problem-problem filsafat semuanya dapat digolongkan menjadi enam, yaitu: pengetahuan, keberadaban, metode, penyimpulan, moralitas dan keindahan. Berdasarkan enam sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi menjadi enam cabang kelompok, yaitu epistemology (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori tentang penyimpulan), etika (ajaran moralitas), dan estetika (teori keindahan).















DAFTAR PUSTAKA
 A.C. Ewing,P e r s o a l a n - P e r s o a l a n M e n d a s a r F i l s a f a t . Jakarta:Pustaka Pelajar,2003. Terjemahan.
 Jonar Situmorang, Filsafat Dalam Terang Iman Kristen. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2004.
 Jujun S. Suriasumantri,F i l s a f a t I l m u. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
 Koento Wibisono S. dkk., 1997., “FilsafatIlmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”, Intan Pariwara,Klaten, p.6-7, 9, 16, 35, 79.
 Louis O. Kattsoff,P e n g a n t a r F i l s a f a t. Yogayakarta: Tiara wacana, 1996. Terjemahan.
 Qardhawi, Yusuf. 1997. Al-Ghazali Antam Pro dan Kontra. Surabaya: Pustaka Progressif.
 Surajiyo. 2005. ILMU FILSAFAT SUATU PENGANTAR. Jakarta: PT.Bumi Aksara
 Sastrapratedja,M., 1997., “Beberapa Aspek Perkembangan Ilmu Pengetahuan”, Makalah, Disampaikan Pada Internship Filsafat Ilmu Pengetahuan,UGM Yogyakarta 2-8 Januari 1997, p.2-3.
 Soeparmo,A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, PenerbitAirlangga University Press, Surabaya,
 The Liang Gie,P e n g a n ta r F ils a fa t I lm u. Yogyakarta: Penerbit Liberty Yogyakarta.

3 komentar:

  1. lalu kira-kira apa ya penyebabnya sampai problem dalam filsafat ilmu itu muncul? apa karena perbedaan pendapat dari para filsuf?

    BalasHapus
  2. Ku ijin copas ya gan,,, :)
    Terima Kasih atas makalah nya... ^_^
    Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT...

    BalasHapus
  3. thank'z pak infonya.. smoga brmanfa'at untk pra pmbaca dan tntunya untk penulisnya.. izin tak copy ye.. hehehehe.

    BalasHapus