1.
Pendahuluan
Gaffar (1987:143) menyatakan bahwa produktivitas adalah output total organisasi yang merupakan kontribusi dua faktor besar yakni teknologi dan performance kerja. Kedua faktor tersebut merupakan hasil bentukan dari sejumlah faktor lain yang saling berpengaruh dan kompleks. Faktor tekonogi terdiri dari sejumlah faktor seperti bahan baku, metoda kerja, bangunan/ gedung, kualitas dan desain produk, alur kerja proses produksi dan manajemen. Sedangkan faktor manusia merupakan bentukan antara motivasi dan kemampuan pelaku dalam organisasi.
Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan, produktivitasnya tidak hanya ditentukan oleh tekonogi ( sistem, kurikulum, sarana prasarana, biaya dan manajemen) saja, tetapi juga oleh tenaga kependidikan. Lebih dari itu penyelenggaraan pendidikan dan peserta didik harus mempunyai motivasi dan kemampuan yang prima untuk melaksanakan proses dan memperoleh hasil yang memuaskan. Kepuasan kerja atau kepuasan belajar mengajar merupakan salah satu indikator dari seperangkat kebutuhan manusia (penyelenggara dan peserta didik) dalam organisasi lembaga pendidikan. Kepuasan harus menjadi tujuan utama organisasi kedua setelah produktivitas.
Kepuasan seseorang baik sebagai pribadi atau sebagai bagian dari organisasi tidak akan terlalu sulit tercapai apabila mempunyai visi, motivasi, misi dan komitmen yang kuat untuk mencapai kepuasan tersebut. Kualitas pelayanan prima dari setiap organisai merupakan dambaan setiap pelanggan, bahkan semua yang berkepentingan dengan organisasi tersebut. Untuk dapat memuaskan semuanya itu saran Creech (1996 : 521) diantaranya bangun TQM anda dan prinsip-prinsipnya, pada lima buah pilar sistem yakni: (1) produk; (2) proses; (3) organisasi; (4) kepemimpinan; dan (5) komitmen.
Kelima pilar tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Selanjutnya Creech (1996:6) menyatakan bahwa bahwa produk adalah titik pusat tujuan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu dalam proses tak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Komitmen yang kuat, dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah dengan sendirinya yang lain juga lemah. Dengan pendekatan TQM, komitmen merupakan unsur yang tidak dapat diabaikan dalam mencapai tujuan organisasi yang berkualitas.
Sementara Satori (Situmorang, 2000:2) menyatakan bahwa pengertian umum komitmen dapat disebut sebagai kepemilikan tanggung jawab, loyalitas atau pengorbanan seseorang dalam bidang pekerjaannya. Dengan demikian komitmen merupakan kepemilikan tanggung jawab dan loyalitas atau kesetiaan dan pengorbanan yang dipengaruhi oleh persepsi, moral, motivasi, konsistensi, kepemimpinan, kepuasan kerja, proses dan budaya organisasi. Sikap berani mengambil resiko merupakan manifestasi dari tanggung jawab seseorang terhadap lingkungannya, organisasi atau pekerjaannya. Bentuk tindakan yang muncul antara lain : partisipasi aktif, berusaha untuk menguasai berbagai kemampuan bidang kerjanya dan lainnya. Sikap terbuka adalah sikap individu untuk menerima masukan dan saran berkaitan dengan hasil pekerjaannya. Tindakannya antara lain siap ditanya, siap dikritik dan lainnya. Sikap kritis adalah sikap individu untuk tidak cepat percaya dan selalu berusaha untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan sekecil apapun. Tindakannya antara lain mencari penyebab permasalahan, bebas untuk mengeluarkan pendapat dan lainnya.
Berdasarkan eksplorasi sikap-sikap yang dapat menimbulkan komitmen baik pada diri pribadi maupun terhadap organisasi dari pengertian komitmen dan sikap seperti pada uraian diatas, dapat diidentifikasi tindakan-tindakan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1 Dimensi Sikap dan Tindakan
No
Sikap
Tindakan
1
Berani mengambil resiko
1.
Berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri
2.
Berusaha untuk meningkatkan kualitas layanan
3.
Bertanggungjawab terhadap yang dikerjakannya
4.
Aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok kerja
5.
Berusaha untuk menguasai dan mempelajari berbagai kemampuan yang menyangkut dengan bidangnya
6.
Menganggap kesalahan yang dilakukan anggota tim sebagai kesempatan untuk belajar
7.
memberitahukan dan membetulkan kesalahan yang dilakukan orang lain
8.
Tidak malu untuk bertanya
9.
Mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah
10.
Siap mengikuti perubahan
11.
Secara aktif berusaha untuk meningkatkan kondisi kerja
12.
Menganggap perubahan merupakan hal yang wajar harus diikuti
13.
Melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih baik
14.
Berusaha untuk memperbaiki produk/ layanan secara kontinu
2
Terbuka
1.
Selalu siap ditanya mengenai bidang pekerjaannya
2.
Selalu siap untuk dikritik
3.
Selau siap untuk menerima saran
4.
Menghargai pertanyaan orang lain mengenai bidang pekerjaanya
5.
Menganggap pertanyaan yang diajukan sebagai koreksi positif
6.
Berusaha untuk mempelajari penyebab kesalahan dan segera memperbaikinya
3
Kritis
1.
Bebas untuk mengambil keputusan yang menyangkut bidang pekerjaannya
2.
Bebas berpikir dan mengeluarkan pendapat
3.
Mempertanyakan asal usul fakta/ data yang diterima
4.
Mencari penyebab terjadinya permasalahan
5.
mengidentifikasi terjadinya permasalahan
6.
Melakukan tindakan secara cepat dalam mengatasi permasalahan
7.
Sering mengamati, dan mempelajari keunggulan organisasi lain untuk dikembangkan dan diterapkan sesuai kondisi organisasinya
Komitmen organisasi pendidikan dibangun oleh komitmen pemimpin, bawahan, peserta didik, serta orangtua dan masyarakat.
1.
Komitmen Pemimpin
Yang dimaksud dengan pemimpin pendidikan adalah pimpinan pendidikan mulai dari tingkat pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota, kecamatan, sampai pada unit pelaksana teknis, Kepala Sekolah baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. Memperoleh dan menjaga komitmen merupakan hal yang penting bagi seorang pemimpin, karena komitmen terhadap perilaku seseorang memiliki bebagai implikasi. Untuk meyakinkan orang lain mengenai harapan masa depan, seorang pemimpin harus dapat memberi alternatif pilihan, membuat pilihan tersebut mudah untuk dilaksanakan dan sulit untuk diubah seketika.
Memberikan sebuah pilihan akan membantu menyingkirkan keraguan dan menghilangkan berbagai hal yang tidak konsisten antara perilaku dan sikap. Pemimpin yg bijaksana tidak memaksakan perubahan terhadap orang lain, melainkan akan mengajak untuk bergabung, menawarkan berbagai pilihan untuk diambil kesepakatan bersama. Pemimpin yang demikian akan memelihara dorongan alamiah terhadap otonomi yang dimiliki seseorang, sehingga akan memiliki rasa tanggung jawab secara pribadi terhadap keputusan yang disepakati bersama tersebut. Nampaknya membangun komitmen mudah dilaksanakan oleh seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan Kouzes dan Posner (1995:254) yang mengatakan bahwa:
Commitment is also more likely if choice are made visible. By announcing oru choices to the public and by making the subsequent actions visible, we over tangible, undentile evidence of our commitment to the cause. We also become subject to other peoples review and observation.
Komitmen juga relatif lebih mudah dibangun bila pilihan yang ada dapat dibuat lebih mudah untuk dipahami dan dilaksanakan. Dengan memberitahukan kepada public tentang pilihan yang akan kita ambil, kita juga memberikan bukti yang tidak terbantahkan dari komitmen kita terhadap hasil yang ingin kita capai. Sebagai tambahan, pilihan yang kita ambil sebaiknya merupakan pilihan yang tidak mudah untuk diubah. Semakin sulit sebuah pilihan untuk diubah, maka semakin besar investasi orang yang ada didalamnya. Ketika kita mengambil tindakan yang tidak mudah untuk diulangi, kita diharuskan untuk menemukan dan menerima argument yang mendukung dan membenarkan tindakan kita, proses itu akan menghasilkan alasan yang kuat bersifat internal yang bergantung pada tanggung jawab personal dan berkaitan dengan kepercayaan akan kebenaran tindakan kita.
2.
Komitmen Bawahan
Yang dimaksud dengan bawahan adalah tenaga kependidikan baik tenaga administrasi, tenaga edukatif, laboran, pustakawan, dan teknisi media yang tidak menjadi pimpinan pada unit pelaksanaSeorang pemimpin pendidikan sebaiknya menyadari bahwa tenaga kependidikan perlu dimotivasi dan diperlakukan secara spesifik. Tenaga kependidikan yang baru masuk ke dalam organisasi kependidikan tidak serta merta memiliki komitmen terhadap organisasi kependidikan. Tenaga kependidikan sebenarnya ingin memiliki komitmen terhadap organisasi tempat mereka bekerja, meskipun nilai tradisional seperti penghasilan dan keamanan kerja sangat mewarnai keinginan berkomitmen tersebut
Untuk membangun komitmen terhadap organisasi di kalangan tenaga kependidikan, kita perlu menemukan terlebih dahulu nilai-nilai yang dianut dalam organisasi. Nilai-nilai yang dianggap penting dan berharga bagi pekerja. Nilai-nilai tersebut dapat berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan, baik yang sifatnya kebutuhan berprestasi, kebutuhan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan, juga dapat berkaitan dengan harga diri tenaga kependidikan, serta dukungan sosial yang didapatkan dalam lingkungan organisasi.
Proses membangun dan memelihara komitmen seiring dengan proses penguatan terhadap orang lain. Seseorang akan merasa kuat dan berkomitmen terhadap tugasnya ketika mereka memainkan peranan dalam penentuan tujuan dan ketika pekerjaan mereka menawarkan kejalasan dan determinasi sendiri. Seseorang akan lebih memiliki komitmen ketika merasa memiliki kontrol dalam pengambilan keputusan, dan semakin kuat saat tidak dimonitor atau disupervisi secara ketat. Pilihan yang diambil akan menguatkan orang – orang di dalam kelompok dan menguatkan ikatan dalam kolompok
Covey (1997:82) menyatakan bahwa bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita untuk membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat pada diri sendiri dan orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu adalah inti dan manifestasi paling jelas dari produktivitas kita. Hubungan konstruktif antara tenaga kependidikan dan pemimpin pendidikan dan hubungan antara tenaga kependidikan adalah hal yang krusial untuk membangun komitmen.
Melalui hubungan interpersonal orang dapat merasakan dukungan sosial yang dimilikinya dan menerima konfirmasi diri yang dapat memperkuat diri. Orang dapat bekerjasama sebagai sebuah tim yang produktif, bekerjasama untuk memuaskan kebutuhan, untuk mempengaruhi dan memiliki dampak terhadasp orang lain. Tim produktif dapat memberikan umpan balik dan dukungan yang dapat memperkuat harga diri dan kepercayaan diri.
3.
Komitmen Peserta Didik
Komitmen peserta didik terhadap organisasi pendidikan jangan sampai ditinggalkan karena peserta didik merupakan objek yang sekaligus subjek dari tujuan organisasi pendidikan. Membangun dan memelihara komitmen peserta didik untuk mencari dan memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap harus dimulai sejak peserta didik tersebut masuk sampai keluar dari organisasi/lembaga pendidikan. Ketika memasuki lembaga pendidikan setiap siswa mempunyai visi yang diinginkan sehingga menarik minat peseta didik untuk mewujudkan visi tersebut, dan untuk mewujudkannya tidak ada pilihan lain kecuali mereka memiliki komitmen
Bobby Deporter dan Mike Hernacki (2001:305) menyatakan bahwa orang yang berkomitmen secara intrinsik termotivasi dan terdorong oleh mimpi-mimpi mereka, komitmen adalah proses dua langkah: (1) temukan keinginan anda; 2) putuskan untuk melaksanakannya, tanpa peduli apapun. Ketika anda mempunyai visi yang kuat tampaknya mungkin seakan-akan anda tidak mempunyai pilihan lain kecuali berpegang pada komitmen. Komitmen juga bisa terkait dengan suatu prinsip, atau kepuasan dalam kebahagiaan orang lain
4.
Komitmen Orang Tua dan Masyarakat
Orang tua dan masyarakat adalah orang yang berkepentingan terhadap hasil pendidikan. Oleh karenanya komitmen orang tua dan masyarakat untuk membantu terhadap organisasi pendidikan sangat diperlukan melalui partisipasi aktif dalam pemikiran dan finansial. Organisasi pendidik yang mendapat dukugan partisipasi aktif orang tua, dan masyarakat akan menumbuhkan komitmen mereka terhadap perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan tersebut. Satori dkk (2001:38-39) menyatakan bahwa sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) memiliki karakteristik partispasi warga sekolah dan masyarakat yang tinggi. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partispasi, makin besar rasa memiliki makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.
5.
Langkah-langkah Membangun Komitmen
Kauzes & Posner (1995:259-265) menyarankan 8 langkah untuk membangun komitmen yakni:
1.
Mulailah proses dengan memperlakukan seseorang secara personal, singgunglah beberapa isu kritis yang bisa saja berkaitan dengan pendidikan, perawatan kesehatan, inovasi, komunitas dan lainnya. Perubahan khusus yang ada dimulai secara personal,
2.
Buatlah perencanaan yang matang. Arah perencanaan yang disusun sebaiknya diwarnai oleh visi dan nilai yang diantut. Libatkan sebanyak mungkin pihak yang akan mengimplementasikan rencana. Susun rencana tersebut dalam rentang tahapan yang kecil-kecil atau jangka pendek. Gunakanlah proses penyusunan rencana sebagai sesuatu yang bermakna secara mental bagi orang yang mengikuti perjalanan ini,
3.
Ciptakan sebuah model. Gunakan sebuah eksperimen yang dapat digunakan model apa yang sesungguhnya anda ingin lakukan dalam program atau lokasi lain,
4.
Jangan ragu untuk berlatih, karena semakin banyak berlatih kita akan menjadi semakin terampil dan semakin ahli. Tetap jaga konsentrasi yang ada untuk fokus terhadap makna dan signifikansi visi yang dianut dan buatlah satu waktu khusus untuk mengingatnya,
5.
Pentingnya seseorang yang bersifat sukarela mau menjadi bagian dari rencana yang dijalankan. Komitmen akan mudah timbul bila seseorang secara sukarela mau menjadi bagian dari peristiwa yang sedang berlangsung,
6.
Gunakan sebuah papan buletin yang dapat mempermudah seseorang untuk melihat apa yang sedang berlangsung, menjaga semangat dan perhatian pada tugas yang sedang dilakukan,
7.
Anda akan lebih mudah mendapatkan penerimaan dan komitmen terhadap inovasi yang anda tawarkan bila anda dapat menunjukkan pada orang lain apa keuntungan yang akan mereka dapatkan dari inovasi tersebut,
8.
Bangkitkan rasa kebesamaan melalui aktivitas bersama dan informal seperti acara makan pagi bersama atau acara makan malam bersama. Melalui acara-acara tersebut, proses sosialisasi dapat berjalan lebih natural dan lancar, dan merupakan semen yang kuat untuk menjaga ikatan sosial yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar